Thursday 19 July 2012

Under The Rain



Under The Rain
Langit sore berangsur mendung, perlahan tapi pasti rintik-rintik hujan mulai turun ke bumi. Membasahi bumi yang gersang. Membuat hati terasa tenang. Aroma rerumputan yang tersiram air hujan mengeluaran aroma khas yang menyejukkan fikiran.
“Aku suka sekali hujan!” kata seorang gadis yang berdiri di tepi jendela rumah sakit.
“Cinta, ingat ya kamu gak boleh maen hujan-hujanan lagi” kata suster Ranti
“Siap boss!” kata Cinta sambil hormat layaknya tentara.
“Cinta…serius!!!” kata suster Ranti
“Iya, suster Ranti yang cantik, aku janji gak akan kabur main hujan-hujanan lagi!” kata Cinta.
“Oke, saya tinggal dulu ya…saya harus mengecek pasien yang lain” kata suster Ranti
Cinta mengangguk dengan senyuman yang lebar seiring matanya yang tak melepaskan pandangannya dari suster Ranti yang beranjak keluar dari Kamar Perawatan VVIP Queen III. Cinta pun bergegas turun dari ranjangnya untuk memastikan melihat situasi di luar pintu kamarnya.
“Aman…hehe” Cinta melompati jendela rumah sakit dari kamar perawatannya agar bisa keluar dari kamar tanpa ketahuan suster atau dokter.
Cinta berjalan mengendap-endap dengan jaketnya yang tebal, berharap agar satpam pintu gerbang rumah sakit tidak melihatnya. Tapi tetap saja Pak Rahimin sang satpam rumah sakit itu melihatnya, hanya saja  pak satpam sudah maklum dengan tingkah Cinta, jadi lebih milih pura-pura gak liat deh…
Cinta akhirnya sampai juga di taman dekat rumah sakit. Cinta juga tampak asik bermain dengan hujan. Menari di antara rintik hujan, di antara bunga-bungan yang bermekaran di taman.
Hujan…hanya kau yang bisa membuatku tersenyum
Tertawa lepas tanpa beban, seolah tiada penderitaan
Hujan, bisakah kau temaniku selamanya
Agar beban ini tak terasa berat bagiku
Bisakah selalu kau hadirkan senyuman untukku, dihatiku, di hari-hariku, di hidupku
Dan juga untuk orang-orang yang kucintai…
***
Tak jauh dari taman ada sebuah toko kecil dan disana ada dua orang cowo yang sedang memperhatikan tingkah laku anehnya Cinta.
“Tuh cewe bukan anak kecil kan? Masa udah gede hitu masih main hujan-hujanan, childish banget sih” kata Robin yang emang sering nongkrong di warung itu.
“Wah, itu sih biasa mas…si neng itu emang suka maen hujan-hujanan, katanya sih dia suka banget sama hujan bentar lagi dia juga kesini biasanya” kata si Mbok yang jualan disitu.
“Kayaknya dia pake baju pasien rumah sakit ya mbok? Kok main hujan-hujanan? Emang dia sakit apa? Trus orang-orang di rumah sakit gak tahu apa kalau ada pasiennya yang keluyuran?” Robin meluncurkan pertanyaan bak kereta api yang meluncur dengan mulus.
“Lo nanya apa nanya? Kaya polisi yang lagi interogasi koruptor aja” kata Arshavin yang selalu santai memainkan gitarnya.
“Lo liat aja tuh, pakaian yang dia pakai itu kan pakaian Rumah Sakit dekat rumah kita itu, cuma di tambah jaket tebel aja tuh”kata Robin yang tampaknya dengan teliti memperhatikan pakaian Cinta.
Tak lama kemudian Cinta berjalan menuju warung …
“Mbok, biasa….”kata Cinta.
“Hari ini teh panasnya ada, tapi jaket buat gantinya gak ada neng, soalnya anak si mbok sedang sakit jadi jaket si mbok di pake deh” kata Si Mbok
“Ah, gak papa mbok, saya pake jaket ini aja...” Kata Cinta sambil menyeruput minuman teh panasnya.
Tiba-tiba ada saja yang nyeletuk kaya geledek yang tiba-tiba menyambar…
“Dasar cewe aneh, udah gede masih maen hujan-hujanan kaya anak kecil” kata Robin
Yang merasa tersindir pun juga gak mau kalah balas sindir juga…
“Ehm, mbok! Mbok ngomong ya?” kata Cinta
“Wah, si Mbok kagak ngomong tuh neng” kata si Mbok.
“Serius mbok? Trus tadi suara siapa ya, kayanya ada suara-suara aneh gitu, jangan-jangan di sini ada setannya mbok” kata Cinta sambil melirik sinis ke arah Robin. Si Mbok dan Arshavin berusaha untuk tidak tertawa, melihat Robin disindir oleh Cinta. Yang merasa dikatai setan pun gak mau kalah…
“Hoh! Enak aja, ganteng-ganteng gini di bilang setan, emang ada setan se- ganteng gue?” kata Robin
“Halloooo!!! Emang situ setan ya? Kalau situ bukan setan, gak usah sewot dong!” kata Cinta.
Arshavin tak ingin mereka selalu bertengkar, karena pasti takkan ada habisnya… “Udah-udah, jangan berantem…baikan dong! Kenalin nama gue Arshavin, panggil aja Shavin dan si ganteng ini sepupu gue namanya…”
“Robin!”celetuk Robin memotong kata-kata Arshavin
“Apa? Bonbin” celetuk Cinta yang emang sengaja membuat kesal Robin
Mendengar namanya di-plesetin, Robin udah mulai geram dengan Cinta yang se-enaknya mengubah namanya. Arshavin dan si Mbok kali ini benar-benar tidak bisa menahan rasa ingin tertawa mereka.
“Udah-udah… nanti kalau berantem terus, bias-bisa jodoh lho!”kata si Mbok
“What!?!!!???!! Hoh, gak mungkin banget mbok, saya gak mau punya jodoh Bonbin kaya dia, tar tamu yang datang dari Ragunan ama Taman Safari lagi! Udah ah mbok, saya harus buru-buru, makasih ya mbok ”kata Cinta
“Heh! Siapa juga yang mau punya jodoh kaya lo, dasar cewe aneh!”teriak robin pada Cinta yang berlalu tanpa peduli pada teriakan Robin.
“Hei, nama kamu siapa?”teriak Arshavin
“Cinta…” cinta membalas pertanyaan Arshavin dengan teriakan pula.
“Tuh liat! Dasar cewe nyebelin, ama Shavin aja baik banget!”kata Robin
“Hahaha, sabar! Jangan terlalu benci bung, nanti malah tergila-gila lho!”ledek Arshavin
“Haha! Impossible!”kata Robin
                                                                        ***
Langit malam tampak hitam pekat tak ada bintang satupun di atas sana…
“Cinta, malam ini kamu harus istirahat, jangan kabur-kaburan lagi kaya tadi!” kata Dr.Chicco
“Oke kakakku sayang!”kata Cinta pada Dr.Chicco yang juga kakak kandung Cinta
“Cinta…ingat! Cobalah untuk memikirkan kesehatanmu, kakak tidak melarangmu untuk bersenang-senang,  tapi cobalah fikirkan dampaknya pada kesehatanmu, kakak cuma ingin yang terbaik untukmu, kamu adalah satu-satunya orang yang paling berharga dalam hidup kakak, kamu adalah satu-satunya keluarga yang kakak punya. Kakak akan lakukan apapun supaya kamu bisa sembuh!” kata Chicco
“Kakak ini kenapa sih? Kok kakak seperti orang yang menyerah dan patah semangat gitu? Kakakku yang paling ganteng, please deh jangan perlakukan aku seperti orang sakit yang lemah tak berdaya, lihat aku kak! Aku baik-baik saja kan, I’m fine” kata Cinta
Dr.Chicco speechless, melihat semangat adiknya yang begitu besar…
“Baiklah, maafkan kakak ya, sekarang sudah larut malam, kamu harus tidur, kakak juga harus mengecek pasien lain”kata dr.Chicco
Diluar pintu sudah menunggu suster Ranti…
“Jangan terlalu memperlihatkan rasa putus asa mu padanya, aku percaya dia akan baik-baik saja, karena dia punya semangat yang sangat kuat, dan dia juga pasien yang hebat. Dari sekian banyak pasien, kalau ada kompetisi siapa pemilik semangat terbesar di rumah sakit ini? Cinta-lah juaranya. Dia selalu tersenyum dan tak pernah menunjukkan rasa sakitnya pada orang-orang, seharusnya kamu bangga punya adik seperti itu, dan karena itu pula, kamu harus tersenyum, supaya Cinta juga bisa tetap semangat menghadapi situasi seperti apapun” kata Ranti
“Udah ceramahnya suster cantik?”ledek dr. Chicco pada kekasihnya Ranti Audreyani atau yang lebih dikenal suster Ranti.
“Apaan sih..??? Udah ah, kita masih banyak pasien yang harus dikunjungi”kata Ranti sambil berlalu, sedangkan Chicco masih berdiri dan mencoba untuk tersenyum dan tetap semangat untuk adiknya.
Malam ini benar-benar suram tanpa bintang, apalagi hujan perlahan mulai turun rintik demi rintik, seperti air mata Cinta. Namun, Cinta bukanlah orang yang mudah menyerah. Hujan makin deras, namun Cinta tak ingin air matanya turun deras seperti hujan malam itu. Cinta bangkit dari tempat tidurnya, mengambil jaket tebalnya, lalu melompati jendela dan menembus hujan malam itu.
Suara kilat menyambar membuat Robin kaget hingga terbangun dari tidurnya, namun dari luar jendela kamarnya di lantai dua tampak seperti ada bayangan yang berlari menuju taman dekat rumahnya, Robin coba memberanikan dirinya keluar teras kamarnya…
“Hei, siapa disitu? Mau maling ya?”teriak Robin
Yang diteriaki maling, tiba-tiba melihat ke arah kamar Robin.
Robin agak kaget saat orang yang diteriakinya maling itu berani menoleh ke arah Robin bukannya malah lari, tapi malah berdiri sejenak memandangi Robin.
“Heh! Siapa lo?”kata Robin. Tapi orang itu segera pergi berlalu dengan cepat meninggalkan Robin yang masih terhera-heran.
“Kalau bukan maling trus siapa dong? Trus tadi itu keliatan kalau rambutnya panjang, masa ada cewe sih malam-malam gini hujan pula… ih, jangan-jangan kuntilanak?” Robin sangat penasaran dan akhirnya memutuskan untuk turun ke depan rumahnya, tempat orang tadi berdiri, Robin memperhatikan sekeliling, tidak ada yang mencurigakan, tapi tiba-tiba kaki Robin seperti menginjak sesuatu.
“Kalung siapa nih?” Robin memperhatikan kalung yang dia dapatkan, kalung berbentuk bintang unik yang di dalamnya terdapat bentuk huruf C. Robin membawa kalung itu bersamanya.
                                                                        ***
“Pagi cinta…wah, kayanya sibuk banget nih, lagi cari apa sih? ”kata suster Ranti yang melihat Cinta tampak sibuk seperti mencari-cari sesuatu.
“Pagi sus…iya nih aku lagi cari kalung aku, hadiah ulang tahun dari papa sama mama sebelum mereka … ”kata Cinta tanpa melanjutkan kalimatnya. Suster Ranti tampak mengerti, karena itu ia tidak berkata apa-apa lagi langsung membantu Cinta mencari kalungnya yang hilang.
“Emang kamu simpan dimana sih, kok bisa sampe hilang?” Tanya suster Ranti
“Kalung itu aku pake terus, aku juga gak tahu kalau kalung itu hilang dimana?”
“Kamu tadi malam keluar main hujan-hujanan ya?”
“Gak kok!!! Aku gak kemana-mana!”jawab Cinta sambil berusaha menyembunyikan kesalahannya.
“Kalau kamu emang gak kemana-mana, pasti kalung itu ada di dalam ruangan ini” kata suster Ranti sambil memegang jaket Cinta yang masih lembap.
“Hehehe…!”Cinta cuma cengengesan
“Cinta… Cinta…” suster Ranti Cuma geleng-geleng kepala
“Oh iya, jangan-jangan jatuh di sana, hoh! Aduuhhh… Pasrah deh kalau gitu”kata Cinta
“Memangnya jatuh dimana? Kamu sudah tahu?”Tanya Ranti
“Ehm, udahlah gak usah dibahas lagi, aku pasrah deh, kalau di cari ke tempat itu pun gak bakal ketemu juga” kata Cinta benar-benar pasrah.
“Ya sudah kalau gitu, saya mo lanjut liat pasien yang lain dulu ya…sarapan nya jangan lupa dimakan”kata suster Ranti
“Ehm, baiklah…”kata Cinta ogah-ogahan
                                                                        ***
“Liat nih…!!!” Robin memamerkan barang temuannya pada Arshavin, sepupu yang tinggal serumah dengannya, karena orang tua Arshavin sedang tugas di luar negeri, maklum anak Diplomat.
“Apaan nih? Kalung siapa?”tanya Arshavin heran
“Gue nemuin ini tadi malam di halaman depan rumah.” Arshavin makin heran.
“Kok bisa? Emang di depan rumah ada gudang harta karun ya?”kata Arshavin sambil tertawa
“Yeee di bilangin gak percaya, ini gue temuin tadi malam, ada orang yang berdiri di depan rumah trus gue teriakin dia maling, trus dia lari, nah pas gue ke bawah dia udah gak keliatan, tapi gue nemuin kalung ini, gue rasa punya tuh maling deh, tapi tuh maling kaya nya perempuan…”kata Robin sambil memperhatikan kalung itu dengan seksama
“Kok lo bisa tahu itu perempuan?”Tanya Arshavin heran
“Gue sempet liat kalau rambutnya itu panjang, keliatan dikit dari balik jaket musim dinginnya yang kaya orang-orang korea gitu” kata Robin
“Ya tapi bisa aja kan itu cowo yang rambutnya gondrong”kata Arshavin
“Gak, gue yakin itu cewe, lagian kalau cowo gak mungkin punya kalung yang kaya gini dan gak mungkin lari pas gue teriakin maling”
“Sapa tahu itu hasil jambretannya, trus dia lari karena lo teriakin maling, mana ada sih maling yang mau diteriakin maling”
“Aduh, udah deh…bodo amat deh mo cewe atau cowo, yang penting gue dapet kalung ini, mo gue belikin tapi gue gak tahu punya siapa dan gak tahu juga mo balikinnya gimana dan kemana, mendingan gue jual aja kali ya?”kata Robin cengengesan
“Huss! Kalau orangnya nyariin tuh kalung dan datang kesini gimana?”tanya Arshavin
“Iya juga ya… Ehm, kalau gitu gue simpan aja deh”kata Robin
                                                            ***
“Shavin… Arshavin…”panggil oma Merlyn
“Iya oma…ada apa?”
“Tolongin oma beli obat di apotik dekat rumah sakit Anugerah ya, sebenarnya oma gak mau ganggu kamu belajar, cuma Robin lagi pergi, gak tahu kemana tuh anak!”kata oma
“Gak apa-apa kok oma, ya udah aku berangkat dulu ya oma”
“Hati-hati di jalan, Shavin”kata oma
Arshavin mencari obat oma-nya di apotik dekat rumah sakit Anugerah, namun tidak berhasil menemukan obat dimaksud. 
“Maaf mas, obat ini sedang kosong di apotik kami, coba mas tanya ke apotik yang ada didalam rumah sakit saja”
“Ehm, gitu ya, kalau gitu makasih ya”kata Arshavin
Dengan santai Arshavin berusaha mencari apotik di dalam rumah sakit, setelah membali obat oma-nya sebenarnya Arshavin ingin segera pulang, tapi tiba-tiba indera pendengarannya tertarik mendengar suara teriakan rintihan kesakitan dari sebuah ruang VVIP rumah sakit…
“Tenang Cinta… tenang! Suster, tolong pegangi tangan Cinta, jangan biarkan dia terus menarik rambutnya!”kata Dr.Chicco
“Baik dok!”kata Suster Ranti dibantu beberapa suster lain.
Dokter Chicco memberikan suntikan penenang pada Cinta, wajahnya terlihat sangat sedih, dan pasti hatinya sangat hancur melihat adiknya merasa sangat kesakitan.
Dari balik pintu, Arshavin melihat semua itu, dan hatinya terasa teriris melihat keadaan seorang gadis yang pernah ia temui saat hujan. Seorang gadis yang tampak tak memiliki sakit yang berbahaya. Seorang gadis yang tampak selalu ceria, tapi saat ini apa yang ada di hadapannya? Dimana gadis yang ceria itu? Dimana gadis yang menari ditengah rintik hujan itu? Yang ada dihadapannya kini cuma gadis yang terbaring tak berdaya. Arshavin jadi penasaran sebenarnya apa penyakit yang di derita oleh Cinta.
“Sebenarnya aku gak tahu kenapa Cinta bisa tiba-tiba kumat lagi, padahal setelah 2 kemoterapi, kondisi Cinta mengalami kemajuan, apa sebaiknya Cinta aku kirim ke luar negeri supaya bisa dapat pengobatan yang lebih baik?’’Dr.Chicco tampak sangat putus asa
“Apa yang kamu bilang memang benar, tapi apa Cinta mau di bawa berobat ke luar negeri? Kamu tahu sendiri kan kalau adikmu itu sangat keras kepala, dan masalah Cinta kumat, mungkin karena dia terlalu memikirkan kalungnya yang hilang, kalung peninggalan orang tua kalian”kata suster Ranti.
“Kalung?”
“Iya, Cinta kehilangan kalung kesayangannya itu yang bentuknya bintang trus kalau gak salah ada huruf C didalamnya, dan dia gak tahu kalung itu jatuh dimana?”suster Ranti tidak mau membaritahu kalau Cinta tadi malam sempat keluar menembus hujan di tengah malam, suster Ranti tidak mau menambah beban fikiran Chicco yang sudah tampak sangat tertekan dengan kondisi adiknya.
Arshavin yang masih mendengarkan dari balik pintu, tampak mencoba mengingat-ingat sesuatu…
“Kalung… Kalung… Kalung… Robin!!! Iya Robin!!! Gue harus cepat pulang sekarang!” Arshavin langsung bergegas pulang, di fikirannya seperti sedang berburu Robin untuk mencari kalung itu, kalung bintang yang didalamnya berbentuk huruf C.
                                                            ***
“Oma… Robin udah pulang belum?”Tanya Arshavin
“Udah, baru aja masuk kamar.”kata Oma
“Oh, oke deh oma…o, ya ini obatnya oma, kalau gitu Shavin ke kamar dulu ya oma”kata Arshavin yang sudah tak sabar ingin menceritakan tentang kalung itu.
“Robin… Robin… Robin…” panggil Arshavin
Yang dipanggil-panggil tidak menjawab, Arshavin mencoba memanggilnya lagi… “Robin… Robin…!”panggil Arshavin
“Ada apa?” akhirnya Robin menjawab panggilan Arshavin, tapi sepertinya suaranya cukup jauh, bukan didalam kamar.
Arshavin terpaksa memanjat balkon teras kamar Robin, ternyata Robin sedang memasang boneka hujan seperti di film-film kartun jepang.
“Buat apa lo gantung-gantung boneka di depan teras kamar? Udah bertransformasi jadi cewe?”ledek Arshavin
“Enak aja, gue berharap semoga malam ini hujan lagi, jadi gue harap bisa ketemu dengan si maling yang empunya kalung itu”kata Robin
“What for?”Tanya Arshavin
“Ya, buat dibalikin lah!”jawab Robin
“Tapi,…”Arshavin ragu-ragu untuk melanjutkan kalimatnya
“Tapi apa…”
“Maksud gue, tapi apa yakin bisa berhasil, lagian apa lo yakin yang punya kalung itu bakal balik lagi buat nyari kalungnya?”
“Gue yakin, soalnya kalung kaya gini tuh biasanya  kalung yang sangat penting, yah kaya punya arti sesuatu gitu…”kata Robin
“Tapi…”
“Dari tadi tapi-tapi mlulu… Ada apa sih lo bukannya tadi elo yang ngelarang gue buat nge-jual nih kalung karena takut orangnya nyariin?”tanya Robin yang jadi penasaran.
“Iya, tapi gak mesti lo pake gantung-gantung boneka jepang gitu juga kali. Gimana kalau yang punya kalung itu malah gak datang gara-gara hujan?” Tanya Arshavin
“Gue makin heran sama lo…kayanya lo yakin banget kalau yang punya kalung itu gak akan datang, sebenarnya ada apa sih? Ada yang lo sembunyikan dari gue…?”selidik Robin
“Sebenarnya…”
***
“Vin, kita ngapain ke RS ini?”Tanya Robin yang penasaran dan bercampur heran kenapa Arshavin malah membawanya ke RS ini.
“Sebenarnya, kemungkinan pemilik kalung itu ada di dalam ruangan ini. Tadi saat Oma nyuruh gue beli obat, gue gak sengaja mendengar pembicaraan Dokter dan suster disini, katanya pasien yang ada di dalam ruangan ini kehilangan kalung berbentuk bintang yang didalamnya terdapat huruf C. Tiba-tiba gue ingat kalau ciri-ciri kalung yang disebutkan suster itu sama persis dengan kalung yang lo temukan”kata Arshavin
“Iya, tapi siapa pasien didalam ini, rasanya gak mungkin kalau seorang pasien keluar malam-malam apalagi di tengah huja lebat seperti tadi malam, yah kecuali seperti cewe sinting yang gila main hujan-hujanan waktu itu”kata Robin yang tak habis pikir dengan apa yang diceritakan Arshavin .
“Mungkin…”kata Arshavin singkat, tiba-tiba ada sesorang suster yang memanggil mereka.
“Maaf, kalian ini siapa ya? Apa kalian temannya Cinta?”tanya suster Ranti
“Iya”jawab Arshavin spontan.
“Buk…” Robin tidak jadi menjawab karena kakinya keburu di injak oleh Arshavin..
Suster Ranti pun jadi heran….
“Ehm, sebenarnya kami ini teman barunya Cinta, dan kami ingin menjenguk Cintas sus, ehm…Cintanya boleh dijenguk kan?”Tanya Arshavin
“Oya udah kalau kalian temannya Cinta, masuk aja, “kata suster Ranti
Dengan perasaan ragu-ragu, akhirnya Arshavin dan Robin masuk ke dalam ruang perawatan Cinta….
“Vin, sebenarnya kita ngapain kesini? Ngapain kita jengukin tuh cewe aneh? Apa iya ini tuh beneran ruangan Cinta, si cewe aneh itu? Kalau ini Cinta nya beda gimana? Kita kan gak tahu…” Kata Robin
“Udah tenang aja… gue yakin kok!” Kata Arshavin dengan mantap.
“Cinta… ada teman-teman kamu nih”
Yang dijenguk malah kaget dan terpaku melihat dua sosok manusia itu…
“Ya udah, saya tinggal dulu ya…” kata Suster Ranti.
“Makasih suster” kata Arshavin.
“Heh, dari mana lo berdua tahu gue disini?” tanya Cinta
“Gak usah sewot dong, kita ke sini kan bermaksud baik mau balikin ini nih…” kata Robin sambil nunjukin kalung bintang yang didalamnya ada huruf C nya.
Cinta langsung kegirangan bukan main saat melihat kalung kesayangannya itu.
“Kok bisa sama lo?” tanya Cinta heran
“Heh, siapa suruh lo malem-malem main hujan-hujanan kaya anak kecil.”Robin memulai ceramahnya singkatnya.
“Tapi gimana bisa lo berdua tahu kalau gue ada disini?” tanya Cinta
“Oh, tadi gue gak sengaja denger lo teriak-teriak kesakitan pas gue di suruh beli obat sama oma. Gue penasaran, jadi gue liat siapa? Eh, ternyata elo.”cerita Arshavin.
“Trus, gimana lo bisa tahu kalau kalung ini punya gue?”
“Itu … Gue juga gak sengaja denger pembicaraan antara suster yang tadi sama seorang dokter, katanya lo kehilangan kalung kesayangan lo yang bentuknya bintang trus ada huruf C nya.” Cerita Arshavin.
“Oh gitu ceritanya… Gue gak tahu gimana mesti bilang makasih sama kalian, because I don’t feel enough saying thanks.”kata Cinta.
“Udah, gampang kok kalau mau bales budi, nigh kulkas ada isinya gak? Gue haus banget nih dari tadi nungguin lo ngobrol sama Arshavin… “ kata Robin yang nampak kesal karena dikacangin oleh Cinta yang lebih asik ngobrol sama Arshavin.
“Isinya penuh kok…Lo ambil aja sepuas lo, asal kulkasnya aja jangan lo bawa pulang.” Ledek Cinta.
“Haha, Nice joke…” kata Robin sambil memasukan kepalanya ke dalam kulkas mengacak-acak isi kulkas di kamar perawatan Cinta.
 “Sepupu lo emang gitu ya…?”tanya Cinta pada Arshavin sambil memperhatika tingkah robin yang mengacak-acak isi kulkasnya.
“Emang kenapa? Naksir ya?”ledek Arshavin
“Hoh? Gue? Naksir dia? Gak mungkin lah…”kata Cinta.
***
Sejak hari itu, Robin dan Arshavin jadi sering menjenguk Cinta. Kehadiran Arshavin dan Robin telah memberi sedikit warna pada kehidupan Cinta. Robin dengan tingkahnya yang menyebalkan namun sangat menggemaskan bagi Cinta. Rasanya ada yang kurang bila tidak ada Robin si Pembuat Onar. Sedangkan Arshavin, lebih mirip seorang pangeran tampan, sifatnya yang selalu tenang dan sigap dalam menyikapi masalah, sangat berbeda jauh dengan Robin. Namun, Cinta tak pernah mengungkapkan apa penyakit yang dia derita. Begitu juga sebaliknya, Arshavin dan Robin juga tak pernah menanyakan apa penyakit Cinta. Mereka berdua telah sepakat untuk tidak membahas soal itu, karena mereka tidak ingin membuat Cinta tersinggung.
Sampai suatu hari…
“Vin, kira-kira dia sakit apa ya?”tanya Robin
“I dunno… just fever maybe” jawab Arshavin yang sedang serius membaca buku tentang medis.
“What? Gak mungkinlah… masa cuma demam gitu aja sampe masuk rumah sakit, trus lo bilang waktu itu dia teriak-teriak kesakitan. Mana ada orang demam yang teriak-teriak kesakitan.” Kata Robin.
“Ya mana gue tahu… kenapa lo gak tanya aja sama dokter di rumah sakit tadi?” jawab Arshavin.
“Yah, siapa tahu lo udah dikasi tahu dari dia, secara selama ini kan lo paling deket sama dia, dia juga sering cerita-cerita sama lo kan? Kali aja tuh dia juga cerita apa penyakit dia.” kata Robin.
“Oooo… ceritanya ada yang cemburu nih?”
“What??? Jealous? Who? Me?... Hohoho no way! Lo sendiri ngapain tuh baca buku medis gitu, sejak kapan lo suka dunia medis? Bukannya lo itu kuliah di fakultas sastra ya?” kata Robin mulai mengalihkan topic pembicaraan.
“Ini buku teman gue, katanya bagus… makanya gue baca!”kata Arshavin
Robin tetap pada keheranannya, gak biasanya Arshavin mau membaca buku tentang medis. Tapi Robin juga tak mau terlalu memikirkannya. Robin memperhatikan langit diluar balkon kamarnya, langit tampak cerah dipenuhi bintang. Dan artinya kemungkinan besar tidak akan turun hujan malam ini.
***
Demi menuntaskan rasa penasarannya, Robin mengendap-endap menuju pos satpam di rumah sakit Anugerah. Gayanya bak detective yang mencari berita besar.
“Mas… mas… ngapain ngendap-ngendap disitu?”tegur pak rahimin, satpam yang bertugas jaga pagi itu.
“Ah enggak pak… Saya cuma mau tanya, bapak kenal nggak sama cewe yang diruangan VVIP Queen III?”
“Oh, Neng Cinta? Kenal… emang kenapa?” tanya pak satpam
“Ehm, iya namanya Cinta… ehm, dia itu sakit apa ya pak? Kok saya gak pernah liat dia pulang dari rumah sakit?” selidik Robin.
“Oooo…Katanya sih tumor otak.” Robin benar-benar kaget mendengar pernyataan Pak satpam itu. Rasanya seperti ada kilat menyambar di siang bolong.
“Kasian neng Cinta, orang tuanya yang pemilik rumah sakit ini sudah meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan pesawat, kakaknya dokter disini. Jadi neng Cinta lebih banyak tinggal di rumah sakit, gak cuma sebagai pasien loh, kadang neng Cinta juga suka bantuin orang-orang sakit.” Lanjut pak Rahimin.
“Bantuin gimana?” Tanya Robin.
“Iya neng Cinta teh juga suka menghibur orang-orang yang sedang sakit di Rumah Sakit ini, makanya semua orang di Rumah sakit ini sayang sama neng Cinta. Abis orangnya baik mas, suaranya bagus, udah gitu cantik lagi. Mas ini bukannya temennya neng Cinta ya? Mas kan yang sering kesini itu kan? Masa gak tahu neng Cinta sakit apa?”Kata Pak Rahimin
“Aduh, bapak gak usah tanya-tanya saya, cukup saya aja yang tanya-tanya sama bapak” balas Robin gokil. “Makasih buat infonya pak…salam buat Cinta ya pak, besok deh saya main kesini bawain bapak oleh-oleh juga itung-itung buat ganti informasinya. Sekarang saya harus pergi dulu ada urusan.”kata Robin.
Sepanjang perjalanan pulang, Robin tak henti-hentinya berfikir tentang Cinta. Bagaimana bisa dia melakukan hal-hal gila seperti main hujan-hujanan padahal dia memiliki penyakit yang cukup parah? Bagaimana dia bisa tetap ceria dengan keadaan seperti itu? Robin berjalan seperti orang linglung, bahkan gak sengaja hampir tertabrak mobil sport Lotus berwarna Kuning itu. Tapi yang hampir ditabrak malah bengong kaya orang begok. Bahkan dia gak sadar kalau yang empunya mobil itu udah keluar dari dalam mobilnya.
“Robin…” ternyata si pengemudi mobil sport itu dr.Chicco, kakak Cinta.
“Robin, kamu gak apa-apa? Gak ada yang luka kan?”yang ditanya masih aja bengong.
“Ya udah, kamu masuk kedalam mobil aja, ada yang harus saya bicarakan sama kamu” kata Chicco.
“Ah? Oh, ok dok.” Jawab Robin simple dan setengah bengong.
Sepanjang perjalanan Robin hanya diam didalam fikirannya masih terisi tentang Cinta yang terkena penyakit tumor otak. Akhirnya, Robin angkat suara memecah kebisuan didalam mobil itu.
“Dok, apa saya boleh tanya sesuatu?”
“Tentang apa?”
“Tentang Cinta, adik dokter”
“Kenapa?”
“Sebenarnya Cinta sakit apa?”
“Cinta… ehm, sebaiknya kita omongin di kafe dekat rumah sakit saja”
“Ok”
Setibanya di kafe Flower Rain dekat rumah sakit itu. Dr.Chicco dan Robin tidak langsung masuk kedalam, tapi mereka malah memandangi kafe yang cukup luas dan begitu banyak bungan itu untuk beberapa saat…
“Kafe ini milik Cinta, dulu dia sendiri yang mengelolanya sebelum dia sakit, semuanya dia lakukan sendiri, kafe ini didedikasikannya untuk orang-orang yang tinggal di rumah sakit. Karena itu kafe ini dibangun di area rumah sakit. Kafe ini juga bukan untuk masyarakat umum tapi khusus untuk penghuni rumah sakit atau pengunjung rumah sakit. Dekorasinya semua dirancang oleh Cinta, dibuat seperti kebun bunga, ada gemericik air, bahkan ada kolam ikannya didalam. Cinta mengerti bagaimana keadaan orang-orang di rumah sakit, terutama para pasien. Cinta ingin kalau para pasien itu merasa tenang disini. Kadang para pasien itu tidak mau makan makanan rumah sakit, karena tidak enaklah, inilah, itulah, dan sebagainya. Tapi Cinta punya idenya sendiri bagaimana para pasien itu tetap memakan makanan sehat sesuai anjuran dokter di rumah sakit, makanya dia membangun kafe ini. Ayo kita masuk kedalam” kata dr.Chicco
Saat memasuki kafe itu, Robin merasa takjub, dimulai dari dekorasinya yang seperti taman bunga dan benar-benar natural, warna hijau yang membuat mata segar dihiasi warna-warni dari bermacam-macam bunga, benar-benar menjadikan kafe ini seperti taman bungan, bahkan aroma therapy-nya benar-benar menenangkan hati dan fikiran.
“dr.Chicco… apa kabar? Lama tidak kemari… Kabarnya Princess gimana?”tanya salah seorang pegawai kafe itu.
“Kabar saya baik, Princess juga baik…. Kafe ini gimana? Dan kalian kabarnya gimana?” tanya Chicco balik.
“Bulan ini keuntungan kafe ini cukup banyak dok, jadi kami juga menyumbangkan beberapa hasil keuntungan kafe ke bagian amal untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, seperti yang di ajarkan Princess pada kami agar selalu berbagi pada sesama.”kata penjaga kafe yang mungkin masih berusia 15 atau 16 tahun itu.
“Ok, ya sudah sekarang kamu bisa kembali bekerja dan jangan lupa belajar, sekolah juga penting kan!”kata dr.Chicco
“Princess itu siapa dok? Dan sepertinya pelayan itu masih anak-anak?”tanya Robin penasaran.
“Oh, Princess itu Cinta, mereka memanggil Cinta dengan Princess karena Cinta suka dipanggil seperti itu dan mereka juga menganggap Cinta benar-benar seperti Princess. Bagi mereka Princess mereka itu tidak hanya cantik, tapi juga memiliki hati yang luar biasa, Cinta tidak pernah menganggap mereka sebagai pelayan atau pegawai tapi sebagai saudara mungkin karena Cinta tidak punya saudara perempuan, yang dia punya Cuma saya sebagai kakaknya. u Cinta juga mempercayakan kepada mereka masalah keuangan kafe ini, karena Cinta juga tahu seberapa besar percaya mereka pada Cinta. Mereka itu dulu pasien disini, contohnya seperti pegawai yang tadi, namanya Arum, dia menderita leukemia, tapi beruntung kakanya Ariel mendonorkan sum-sum tulang belakannya, meski dengan taruhan nyawa. Cinta sangat menyayangi Arum, karena Arum selalu mengingatkannya pada Ariel.”
“Memangnya Ariel itu siapanya Cinta dok?”tanya Robin.
“Menurut kamu?”
“Pacar…”jawab Robin singkat
“Ya, mereka bahkan hampir bertunangan…tapi semuanya tinggal kenangan. Hebatnya, Cinta tidak menangis, bahkan tidak menyalahkan siapapun, entah karena dia memendam perasaannya sendiri, atau karena dia dan Ariel adalah mahasiswa kedokteran yang mengerti tentang tanggung jawab mereka untuk membantu orang lain, jadi mereka sudah saling mengerti satu sama lain.”
“Balik ke topik semula dok… sebenarnya Cinta itu sakit apa?” tanya Robin
“Cinta menderita tumor otak”
“Kok bisa?’’
“Entahlah, kami sudah tidak memikirkan hal itu lagi… Mendiang keduan orang tua kami selalu mengajarkan kami untuk tidak boleh melihat ke belakang, tak ada guna menyesali apapun yang terjadi pada kita saat ini, yang terbaik adalah bagaimana mengatasinya di masa depan. Karena itu, sekarang focus saya adalah bagaimana caranya menyembuhkan Cinta.”
“Tapi Cinta masih bisa sembuh kan dok? Anda pasti bisa menyembuhkan adik anda, anda kan seorang dokter.”
“Saya memang seorang dokter, tapi saya juga manusia yang punya keterbatasan. Apa kamu sudah pernah mendengar tentang seorang pasien penyakit tumor otak ganas stadium empat yang sembuh total? Apa pernah? Belum kan… “
“Tapi kan anda bisa mengirim Cinta ke luar negeri untuk berobat, tentu disana lebih mahir dalam medis, siapa tahu ada yang bisa menyembuhkan Cinta?”
“Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, Cinta tidak pernah di operasi oleh dokter local, dia selalu ditangani oleh dokter-dokter yang sengaja saya datangkan khusus untuk operasi Cinta. Hasilnya apa? Cinta tetap belum bisa sembuh 100%, Cinta tidak mau bila disuruh berobat ke luar negeri. Dia bilang lebih baik menghabiskan waktunya dengan banyak orang yang dicintainya disini daripada sendirian disana.”
“Dokter, …” Robin tak tega melihat raut sedih dari wajah dr.Chicco
“Ya, kenapa?”
“Kenapa dokter mau cerita semua ini pada saya?”
“Karena semenjak kamu dan sepupu kamu Arshavin itu sering menemani Cinta, saya lihat Cinta begitu senang. Dia sering bercerita tentang kamu dan Arshavin. Tapi, dia paling antusias kalau menceritakan tentang kamu, entah itu tingkah kamu yang bikin dia sebel, atau bikin dia marah. Saya percaya kalian berdua bisa jadi teman yang baik buat Cinta. Dia satu-satunya yang saya miliki di dunia ini. Saya akan lakukan apapun demi Cinta.”
“Dok, saya pernah melihat Cinta bermain huja-hujanan di taman? Apa pihak rumah sakit tidak tahu? Itukan berbahaya,dok.”tanya Robin
“Cinta memang sedikit bandel. Dia sangat suka dengan hujan. Katanya hujan itu membuang rasa sedih kita. Dan kita bisa menangis ditengah hujan tanpa ada yang tahu. Pihak rumah sakit bukannya tidak ada yang tahu, tapi kami memang sengaja membiarkannya. Saya cuma ingin melihat Cinta terus tersenyum, apapun yang membuat dia bahagia. Kalau dibilang tidak berbahaya, itu tidak mungkin, hanya saja kami akan tetap mengontrol Cinta meski dari kejauhan. Kamu tidak usah khawatir.”
“Kenapa tidak di chemotherapy?”
“Sudah 2 kali…”
“Tapi saya lihat rambut Cinta tidak rontok”
“Tidak semua orang yang di kemo itu rambutnya rontok, apalagi Cinta baru 2 kali”
“Maaf dok, saya kurang tahu masalah medis, yang saya liat di tv-tv biasanya gitu”
“Iya, tidak apa-apa. Saya Cuma mohon satu hal sama kamu. Kamu mau menemani Cinta? Menghibur dia? Karena saya rasa Cinta menyukai kamu.”
“Hoh?” Robin kembali bengong gak percaya kalau Cinta suka sama dia.
“Kenapa? Kok kaget gitu?”
“Gak mungkin lah dok, Cinta itu lebih deket sama sepupu saya Arshavin…”
“Are you sure? I dunno, mungkin itu cuma perasaan saya saja kali ya? Ya sudah, kamu mau saya antar pulang atau mau mampir jenguk Cinta?”
“Ah, gak usah, biar saya sendiri aja, saya juga mau langsung pulang aja dulu, ada yang harus saya kerjakan...”
***
“Pagi Cinta… nigh ada kiriman bungan buat kamu”kata suster Ranti
“Hah? Bunga? Dari siapa?”
“Gak tahu tuh, mungkin nama si pengirim ada didalam suratnya kali” kata suster Ranti
For My Princess…
Semoga hari ini hujan turun ke bumi yang gersang dan memberikan kesejukan…
Seperti senyummu yang menyejukkan hatiku…
Tetap semangat dan jangan menyerah J
Prince
“Siapa nigh? Ngaku-ngaku Prince… “kata Cinta cemberut setelah membaca suratnya.
“Dari penggemar rahasia kamu kali”
“Sejak kapan aku punya penggemar rahasia? Emang aku artis?”
“Mungkin dari Arshavin?”
“Arshavin? Ehm, kayaknya gak mungkin deh”
“Gimana kalau Robin?”
“What??? Kalau dia itu trouble maker, mana mungkin punya selera bagus milihin bunga kaya gini, inikan bunga favorit aku, mawar. Pasti orangnya cerdas, gak kaya si trouble maker itu, manusia super nyebelin di dunia ini.”
“Hati-hati, ntar bisa jadi jodoh loh…”
“Ih, kak Ranti nih, ngeledek aja deh…gak ada yang cakepan dikit apa buat aku.”
“Loh, emang Robin masih kurang cakep? Kalau menurut kakak, Robin lebih cakep dari Arshavin, lebih keren, dan lucu.” Kata Ranti
“Masih kurang satu, lebih begok juga iya…” jawab Cinta
Tiba-tiba ada yang masuk kedalam ruang perawatan Cinta…
“Ehm Ehm… kayaknya ada yang nyebut-nyebut nama kita nih Vin?”kata Robin
“Iya nih, kayanya seru amat ngobrolnya, ngobrolin apa sih?”tanya Arshavin.
“Kalian sudah datang, tolong jagain Cinta ya, saya harus mengecek pasien lain”kata suster Ranti.
“Okay, suster” jawab Robin
“Bunga dari siapa nigh?”tanya Arshavin
“Gak tahu, gak ada nama pengirimnya, cuma ada inisial Prince aja”kata Cinta
“Jangan-jangan bunga dari Robin nih.”kata Arshavin spontan membuat Robin yang sedang menyeruput minuman bersoda langsung tersedak.
“Bukan gue, ngapain gue beliin bunga bagus kaya gitu buat cewe aneh kaya dia, gak mungkin cowo keren kaya gue beliin dia bunga”Robin ngeles.
“Ya udah kalau emang bukan elo, gak usah pake ngatain gue cewe aneh. Keren darimana? Emang siapa juga yang ngarep tuh bunga dari lo. Lagian gue juga yakin banget, lo itu gak punya selera yang bagus dalam memilih bunga.”balas Cinta.
“Udah udah udah… lo berdua tuh ya, sama-sama anehnya, sama keras kepala, sama-sama gak mau ngalah”kata Arshavin
“Yang kayak gini nih, yang dr.Chicco bilang kalau dia suka sama gue, gak ada manis-manisnya sama gue, baik am ague aja enggak.” ungkap Robin dalam hati.
“Dasar Robin nyebelin, emangnya dia pikir dia cowo paling keren apa, sekalipun lo emang keren tapi bagi gue…Lo gak ada kerennya sama sekali!”kata Cinta dalam hati.
***
“Robin, kenapa sih lo gak bilang aja kalau bunga itu dari lo?”tanya Arshavin
“Lo liat kan reaksi dia tadi, gimana kalau dia beneran tahu tuh bunga emang dari gue? Jangan-jangan tuh bunga bisa dikasi ke pasien lain atau di buang ke tempat sampah.” Kata Robin.
“Trus sampai kapan lo mau jadi pengagum rahasia gini?”tanya Arshavin
“I dunno…”jawab Robin singkat sambil mengangkat bahunya.
Dalam hati Arshavin, dia hanya bisa memendam rasa sukanya pada Cinta. Sejak awal dia sudah tahu kalau Cinta menyukai Robin, begitu juga sebaliknya. Apalagi setelah Robin menceritakan tentang pertemuannya dengan dr.Chicco yang notabene adalah kakak Cinta, yang menegaskan kalau Cinta suka pada Robin dan meminta Robin untuk selalu menghiburnya.
“Cinta… andai kamu tahu perasaan ini? I love you so much, tapi kamu lebih memilih Robin. Mungkin ini cukup menyakitkan, tapi melihat kamu tetap bisa tersenyum dan tertawa, itu sudah cukup buatku. Mungkin aku bukanlah Prince yang kamu impikan, tapi aku akan selalu menyediakan bahuku untukmu bersandar. Kamu bisa menangis dihadapanku, kamu bisa mencurahkan segala kesedihan juga amarahmu, aku akan selalu ada untukmu, Cinta.”
***
Setiap hari cinta selalu dapat kiriman dari “PRINCE”, kadang bunga, kadang cokelat, kadang boneka, dan masih banyak lagi. Tapi Cinta masih belum tahu siapa sebenarnya Prince? Sampai suatu ketika, Arshavin datang seorang diri ke rumah sakit tanpa ditemani oleh Robin.
“Tumben lo sendirian?”tanya Cinta sambil celingak-celinguk mencari sosok trouble maker yang biasanya bersama Arshavin.
“Robin gak bisa ikut hari ini, katanya ada urusan penting.”jawab Arshavin
“Vin, sebenarnya lo tahu kan siapa Prince itu? Please tell me… Prince itu elo atau…?” Cinta tidak berani melanjutkan nama selanjutnya
“Atau siapa…? Robin maksud lo?”
“Tapi, itu gak mungkin banget!”kata Cinta
“Cinta… Cinta… apa sih yang gak mungkin” kata Arshavin sambil mengacak rambut di kepala Cinta.
Arshavin dan Cinta tidak tahu kalau ada seseorang yang memperhatikan mereka dari luar. Orang yang datang membawa bunga mawar merah itu  membiarkan bunga itu terjatuh di lantai. Dan berlalu menjauhi ruang perawatan VVIP Queen III tanpa meminta penjelasan sedikitpun. Orang itu adalah Robin.
***
“Robin, ke rumah sakit yuk jengukin Cinta, kemarin dia nanyain elo” kata Arshavin
“Gak, gue gak enak badan, lain kali aja…” jawabnya singkat
“Hmmm…oke lah”
Sejak hari itu, Robin tidak pernah lagi menjenguk Cinta. Kiriman-kiriman dari Prince pun juga berhenti. Cinta menjadi sedikit murung. Rasanya seperti ada sesuatu yang hilang. Meskipun Arshavin datang menjenguknya, Cinta tak terlalu bersemangat. Dr.Chicco mulai khawatir dengan keadaan Cinta. Dia takut bila hal ini terlalu difikirkan oleh Cinta, kondisinya bisa turun drastis.
Sampai suatu hari, Arshavin kembali tak sengaja mendengar Cinta berteriak kesakitan. Sungguh membuat hati miris. Arshavin tak sanggup membendung air matanya dan langsung menerobos masuk. Dokter langsung menyuntikkan penenang kepada Cinta.
“Dok, sebenarnya apa yang terjadi dengan Cinta?”
“Arshavin, saya mohon tolong hibur Cinta, dan jangan buat dia sedih atau merasa tertekan hingga dia jadi terus memikirkan yang tidak tidak. Apalagi efek kemoterapi kemarin sudah mulai membuat rambutnya mulai rontok. Dan itu menambah shock pada psikologisnya.” Kata dr.Chicco
“Baik dok, saya mengerti, saya akan berusaha semampu saya”kata Arshavin.
Dalam fikirannya, Arshavin merasa sangat yakin kalau sebenarnya Cinta membutuhkan Robin ada disisinya, bukan dirinya. Robin kamu dimana sih…? Kamu gak tahu apa kalau gara-gara kamu Cinta jadi seperti ini.
***
Saat tiba di rumah, Arshavin melihat Robin  sedang tertidur diatas tempat tidurnya. Spontan Arshavin menariknya bangun dari tempat tidur.
“Heh, bangun lo!!!” kata Arshavin sambil memegangi kerah baju Robin.
“Ada apa sih lo?” tanya Robin balik
“Jangan pura-pura begok deh lo!!! Kenapa lo gak jengukin Cinta lagi, kenapa? Apa lo cuma mau mainin perasaannya aja, lo tahu kan kalau dia suka sama lo, trus sekarang kenapa lo berubah?”
“Itu bukan urusan lo!!!”
“Iya itu emang bukan urusan gue, tapi itu akan jadi urusan gue kalau Cinta sampai kenapa-napa?”
“Wah hebat banget lo ya! Perhatian banget! Sebenarnya yang harus bertanya itu gue, lo suka kan sama Cinta?” Arshavin langsung terdiam “Ayo jawab!”paksa Robin
“Iya, gue emang suka sama Cinta!!!”jawab Arshavin
“Hoh! Benerkan?”
“Iya tapi sayangnya dia gak suka sama gue, dia cuma menganggap gue gak lebih dari teman. Tapi elo, dia suka sama elo, lebih dari teman. Dan asal lo tahu, hari ini Cinta kesakitan lagi. Dr.Chicco bilang dia gak boleh merasa tertekan atau terlalu memikirkan sesuatu. Apalagi…”
“Apalagi apa…” Robin kaget dan penasaran mendengar apa yang dikatakan Arshavin.
“Cinta habis dikemoterapi dan efeknya sudah mulai membuat rambutnya rontok.” kata Arshavin perlahan. Robin tak menyangka hal seperti ini akan terjadi.
Tak peduli dengan cuaca mendung dan kilat yang mulai menyambar. Robin terus berlari menembus hujan menuju rumah sakit. Perasaan bersalahnya pada Cinta seperti pedang tajam yang menusuk jantungnya.
Sesampainya di ruang perawatan Cinta tampak tertidur pulas. Robin memandangi Cinta yang terbaring diatas tempat tidurnya. Robin coba membelai kepala Cinta perlahan. Robin benar-benar terkejut saat melihat segenggam rambut Cinta yang rontok ada ditangannya.
“Cinta, I’m so sorry… Gue gak pernah bermaksud nyakitin perasaan lo. Gue fikir mana mungkin lo suka sama gue karena gue selalu bikin lo kesal dan marah-marah. Saat gue lihat lo asik bercanda dengan Arshavin waktu itu, gue pikir lo lebih milih Arshavin daripada gue. Selain itu masih banyak hal lagi yang gak bisa gue ungkapin ke elo. Termasuk tentang perasaan gue.  Maafin gue Cinta. Gue janji gak akan ngulangin kesalahan bodoh ini.” Dari luar pintu rumah sakit Arshavin memandangi Cinta dan Robin dengan senyuman dan perasaan hancur.
“Apapun akan gue lakuin supaya lo bahagia Cinta…”kata Arshavin sembari berbisik lalu melangkah pergi.
***
Keesokan harinya saat Cinta membuka matanya, rasanya ada sesuatu yang berbeda dengan kamarnya. Kamarnya sudah penuh dihiasi dengan balon-balon berwarna Pink, merah dan putih. Ada sebuah tutup kepala bertuliskan nama Princess. Dan ada satu buket bunga mawar dengan warna-warni yang indah. Di dalamnya juga ada amplop berwarna pink bertuliskan nama si pengirim PRINCE.
Selamat Ulang Tahun Cinta…
Semoga hari-harimu selalu diberi keindahan seperti keindahan bunga mawar ini…
With Love
Prince
Tak lama kemudian dari jendela kamar perawatannya terdengar suara-suara rebut yang memanggil namanya. Saat Cinta melihat ke jendela ternyata sudah berkumpul orang-orang yang disayanginya… dr.Chicco, Suster Ranti, Arshavin, Pak Rahimin, para pegawai Flower Rain, dan beberapa suster dan pasien rumah sakit Anugerah, dan ada satu sosok badut dengan kostum kelinci berwarna Pink membawa sebuah kue tart besar.
Cinta melangkah keluar dari kamarnya. Mendekati si badut yang membawa kue tart itu.
“Prince…?” tanya Cinta ragu-ragu. Si badut mengangguk. Cinta langsung membuka tutup kepala badut itu.
“Robin?”
“Ya, sorry for lying… “
“Why? Bukannya elo udah menjauh dari hidup gue? Bukannya gue cewe aneh?” tanya Cinta sambil menahan amarahnya.
“Itu semua…”
“Itu semua karena elo fikir kalau gue lebih milih Arshavin kan? Dasar cowo sok tahu! Makanya, kalau gak tahu apa-apa itu tanya dong, jangan diam aja. Dan sok pura-pura jadi Prince” Cinta tak sanggup membendung air matanya dan langsung memeluk tubuh Robin yang menggunakan kostum kelinci.
“Iya, maafin gue ya, gue janji gak akan jadi cowo yang sok tahu lagi. Hari ini lo gak boleh gak nangis, karena hari ini adalah hari ulang tahun my princess.”kata Robin sambil mencolek hidung Cinta.
Pesta ulang tahun yang sederhana tapi meriah, semua bersuka cita demi Cinta meski dalam setiap hati mereka tahu mungkin inilah ulang tahun terakhir Cinta. Arshavin dan Robin teringat kata-kata dr.Chicco tadi malam saat mereka datang menjenguk Cinta yang masih tertidur “Robin... Arshavin… saya mau bicara dengan kalian sebentar, kalian punya waktu?” tanya dr.Chicco.
“Ya… tentu.” Jawab Arshavin
“Begini, kemungkinan Cinta bertahan tidak lama…”
“Maksud dokter apa? Maksud doketr Cinta akan pergi ninggalin kita semua, gitu maksudnya?”tanya Robin
Dr.Chicco Cuma mengangguk dengan raut muka sedih.
“Enggak… dokter bohong kan? Cinta pasti bisa bertahan lebih dari apa yang kalian prediksikan? Kalian pikir kalian malaikat pencabut nyawa? Kalian pikir kalian siapa?” Robin berlari meninggalkan Chicco dan Arshavin.
“Berapa lama kemungkinannya bertahan?” tanya Arshavin
“6 bulan dan besok adalah ulang tahunnya yang ke 20” kata dr.Chicco
***
Robin merasa pusing dan hampir terjatuh, untung saja ada Arshavin disampingnya.
“Lo gak apa-apa?”
“Gak apa-apa kok, Cuma pusing aja.”
“Ya udah mending lo ganti deh kostum kelinci lo ini.”
“Ok deh, oya kalau Cinta tanya tentang gue jangan bilang gue tadi pusing atau sempat jatuh, please!” pinta Robin
“Okay.” Arshavin menatap Robin dengan heran
Sesampainya di kamar mandi, Robin langsung mengganti kostumnya dan bergegas pulang kerumahnya. Setibanya di rumah Robin mendapati papa dan mamanya sudah pulang dari luar kota.
“Papa sama mama udah pulang dari tugas luar kota?” tanya Robin.
“Iya, kami pulang dengan pesawat paling pagi. Kenapa kamu gak menghubungi papa sama mama kalau jantung kamu sakit lagi. Untung papa tadi malam nelfon dr.Adrian, dia bilang kamu datang untuk periksa jantung kamu. Katanya kamu merasakan sakit di jantung kamu.” Kata mama.
“Aku gak apa-apa kok ma… aku baik-baik aja… kalau gak percaya tanya aja sama Oma sama Arshavin deh, dia juga ada disini selama liburan kuliah abis itu baru pulang ke Holland lagi… iya kan oma?” kata Robin
“Iya , biasanya emang gak apa-apa, tapi hari ini kamu pucat sekali Robin… kamu belum sarapan ya?”tanya oma
“Udah kok oma…aku Cuma pengen istirahat aja kok” Robin langsung meuju kekamarnya di lantai 2.
***
“Lho, Robin mana?” tanya Cinta.
“Tadi dia pulang duluan, Cuma belum sempat pamit, katanya mau ganti kostumnya bikin gerah” kata Arshavin
“O gitu, ya udah deh!”kata Cinta
Arshavin terpaksa membuat alasan yang mengada-ada, karena Robin gak kembali ke lokasi ultah Cinta. Sebenarnya lo kenapa sih Robin? Arshavin mulai dihinggapi cemas tentang saudaranya itu, tapi ia juga harus memastikan keadaan Cinta sampai acara ulang tahun ini usai.
***
Hari-hari berlalu serasa sangat indah untuk Cinta dan Robin. Tiada hari tanpa tawa, kadang juga pertengkaran-pertengkaran konyol ulah Robin. Tak hanya Cinta yang merasa bahagia, tapi juga Arshavin, dr.Chicco dan suster Ranti, ketiganya juga merasa bahagia melihat senyum Cinta sudah kembali. Arshavin juga telah merelakan Cinta untuk Robin. Meski hanya bisa melihat senyumnya tiap hari saja itu sudah cukup membuatnya senang.
Robin juga sering mengajak Cinta jalan-jalan ke taman meski kadang harus menggunakan kursi roda karena fisik Cinta yang semakin lemah. Bila hujan turun mereka berteduh di warung tempat pertama kali mereka bertemu.
“Kan bener apa yang si mbok bilang… Jangan berantem, ntar jodoh loh!”kata si Mbok. Robin dan Cinta hanya tertawa.
Robin juga membawa Cinta ke kafe Flower Rain. Semua pegawai menyambut kedatangan Princess mereka, meski awalnya sedikit terkejut melihat fisik Cinta yang semakin kurus dan lemah.
“Princess…kita ada menu baru loh, Princess mau coba?” tanya Arum
“Boleh, terima kasih ya Arum…”kata Cinta
“Oya, Princess… Prince yang ini manis sekali, dia juga sering kesini sendirian.”kata Arum mengadu pada boss nya.
“Oya? Ya sudah…katanya mau kasi Princess menu baru kalian?”
“Oke, Princess.” Jawab Arum sambil berlalu mengambil menu baru untuk Cinta.
“Jadi lo sering kesini?”
“Enggak juga…Cuma kadang-kadang aja, soalnya yang punya kafe ini, pasti orang yang baik hati, bikin kafe khusus untuk para pasien dnegan menu sehat rumah sakit dan dekorasinya bikin perasaan selalu nyaman kalau berada disini… kalau yang punya kafe ini cowo bakal gue jadiin sodara, tapi kalau cewe…”
“Kalau cewe kenapa?”
“Kalau cewe, gue mau dia jadi pacar gue.”kata Robin
“Emang lo yakin cewe itu bakal suka sama elo?”
“Weishhh…yakin dong, gue keren, tampang mirip Tom Cruise, pintar, kharismatik, dan masih banyak lagi deh”
“Dasar! Rasa PD lo itu udah over dosis ya?”
“Yah, namanya juga orang cakep, PD gak apa-apa kan?”
Tiba-tiba Arum datang mengantarkan menu baru di kafe Flower Rain…
“Ini namanya apa Arum?”
“Ini namanya, Love Soup, yang kasi nama kakak ganteng ini loh Princess”
“Ehm, Arum…kakak ganteng boleh tanya gak?”
“Yang punya kafe ini siapa ya?”
“Princess Cinta”
“Oya, kira-kira Princess Cinta mau gak ya jadi My Princess?”
“Tanya aja sama orangnya langsung” kata Arum sambil berlalu pergi.
Robin lalu mengarahkan pandangannya ke Cinta. “Gimana jawabannya tuan putri?”tanya Robin.
“Menurut lo?”
“Gue mau dengar langsung dari tuan putri sendiri yang bilang, Iya, gue mau jadi pacar lo, gitu kek, atau terserah deh.”kata Robin sembari mencontohkan apa yang ingin ia dengar dari Cinta.
“Hem, okay… My Prince yang tampan, gue mau jadi pacar lo.”kata Cinta.
“Gitu dong, baru resmi namanya, biar afdol. Lo juga harus janji sama gue, gak akan ninggalin gue, dan kita akan selalu sama-sama menghadapi semuanya, ayo dong janji dulu”kata Robin dengan gaya konyolnya yang memaksa Cinta mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Robin.
“I promise…”kata Cinta sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol Robin namun sangat menggemaskan itu.
Hari-hari selanjutnya menjadi lebih indah dan penuh harapan bagi Cinta dan Robin. Bahkan suatu hari Robin membeli sepasang cincin emas putih untuknya juga untuk Cinta.
***
“Robin, mama perhatiin kamu sering ke Rumah Sakit Anugerah, kamu baik-baik aja kan?”kata mama Robin.
“Aku baik-baik aja ma, aku ke situ kadang juga bareng Arshavin kok, sekarang aja Arshavinnya lagi sibuk ngurusin visanya buat pulang ke Holland.”kata Robin
“Iya, tapi kamu ngapain kesana?”
“Cuma jengukin temen mama ku sayang… “
“O gitu, ya udah… asal kamu jangan lupa dengan kesehatan kamu, obat kamu juga jangan sampai telat diminumnya.”
“Siap mama…”
“Kapan-kapan mama di ajak dong jengukin temen kamu itu, kayaknya dia special banget sampe setiap hari kamu jengukin?”
“Boleh, …tapi kapan-kapan ya, gak sekarang.”
“Iya, udah mandi sana… “
“Ok boss”kata robin sambil berlagak bak tentara.
***
“Selamat Pagi My Princess…”kata Robin sambil menjulurkan kepalanya di pintu ruang perawatan Cinta.
“Jangan masuk!!!”kata Cinta. Spontan Robin mengeluarkan kepalanya dari ruang perawatan Cinta. Robin kaget tapi juga bingung, sebenarnya apa yang terjadi?
Tiba-tiba suster Ranti keluar dari ruang perawatan Cinta… “Robin, kamu udah boleh masuk sekarang.”kata suster Ranti.
Robin melangkah perlahan masuk kedalam ruang perawatan Cinta. Robin sangat terkejut melihat keadaan Cinta. Cinta memakai tutup kepala dari bahan rajutan berwarna pink, namun tanpa sehelai rambut pun dikepalanya. Robin berusaha menghilangkan keterkejutannya. Robin tahu ini pasti efek dari kemoterapi yang telah dijalaninya lebih dari 2 kali.
“Elo boleh pergi, kalau lo mau pergi.”kata Cinta pada Robin yang masih berada di belakangnya.
Namun, kata-kata Cinta tak menyurutkan langkah Robin untuk mendekati Cinta. Saat Robin berada di samping Cinta, dia melihat air mata Cinta berlinang di pipinya. Kini Robin berada tepat didepan Cinta, mengusap air matanya, mengecup keningnya.
“Gue gak akan pergi, gue akan selalu ada disisi lo. Lo gak perlu takut apapun, bagaimanapun keadaan lo, gue gak akan ninggalin lo!”kata Robin
“Boleh gue tanya satu hal?”kata Cinta
“Iya, apa?”Robin coba tersenyum untuk menutupi kesedihannya dan supaya Cinta juga bisa tenang dan tersenyum.
“Kenapa lo menyukai gadis aneh ini?”
“Jujur gue gak punya alasan yang tepat, karena gue memang tidak punya alasan apapun.  Gue suka sama lo… tanpa alasan apapun, karena dengan tanpa alasan apapun gue akan selalu meyukaimu. Gue gak mau hanya karena sebuah alasan membuat seseorang berhenti untuk mencintai.”kata Robin.
“Tapi, bagaimana bila takdir gue tidak untuk dicintai atau mencintai?”
“Tidak ada takdir yang seperti itu… setiap orang didunia ini pasti pernah dicintai dan juga mencintai. Cinta, please…jangan pesimis begitu dong! Mana Cinta yang biasanya ceria dan sedikit aneh…?”Robin berusaha mencairkan suasana. “Gimana kalau kita jalan-jalan ke taman?” ajak Robin.
“Hari ini, gue gak mau kemana-mana, gue mau istirahat.”kata Cinta
“Perlu gue  temenin?”
“Gak usah, tinggalin gue sendiri…”kata Cinta
“ Tapi … “
Gue bilang tinggalin gue sendiri”kataCinta dengan keras. Robin sedikit terkejut dengan bentakan dari Cinta. Namun, Robin mengerti dan perlahan beranjak pergi menuruti kata Cinta.
Didalam ruang perawatannya, Cinta hanya termenung sendiri, air matanya terus berlinang sambil menatap kearah jendela. Di tempat lain Robin tampak berjalan sempoyongan, dadanya terasa sakit dan sesak. Pandangannya berkunang-kunang. Dia hanya masih sempat melihat secara samar, begitu banyak orang yang mengerumuninya, mungkin mencoba menyelamatkannya. Setelah itu Robin tak sadarkan diri lagi.
***
“Robin… Robin…kamu sudah sadar nak?” Mama Robin tampak cemas.
“Mama…”
“Iya saying ini mama…”
“Cinta mana… Vin, Cinta mana?”
“Cinta baik-baik aja kok, lo tenang aja”
“Gak, gue mesti ketemu Cinta, gue harus pastiin kalau dia baik-baik aja”
“Robin, bisa gak kamu berhenti sesaat aja, coba kamu fikirkan kondisi kamu sayang, please… demi mama sama papa!”kata Mama yang hampir menangis.
“Iya Robin, apa yang mama kamu bilang itu memang benar. Nanti Cinta juga pasti kesini kok buat jengukin kamu. Setiap hari, selama 3 hari kamu gak sadarkan diri, dia selalu datang jengukin kamu. Kamu tunggu aja, Cinta pasti ngerti kok dengan keadaan kamu.” Kata papa
“Pa, sebenarnya ada apa dengan jantung aku?”
“Jantung kamu itu sudah lemah, dan harus secepatnya dapat donor jantung. Itu bukan hal yang mudah, kita perlu waktu untuk mendapatkan donor jantung itu.”kata papa
Robin hanya terdiam mendengar penjelasan dari papanya. Sedangkan mamanya keluar dari ruang perawatan Robin karena sudah tak tahan ingin menangis.
***
Robin sedang duduk menghadap ke jendela rumah sakit. Tiba-tiba pintu ruang perawatan Robin perlahan dibuka oleh seseorang. Robin sepertinya menyadari hal itu, namun ia tetap tak menoleh. Cinta masuk ke dalam ruang perawatan tanpa ditemani suster Ranti. Suster Ranti menunggu diluar ruang perawatan Robin.
“Gue gak mau lo ngeliat gue dalam keadaan kaya gini.”kata Robin
“Dasar bodoh! Sok kuat tapi nyatanya apa? Lo bilang ke gue gak boleh pesimis, tapi liat diri lo. Kenapa pesimis begitu sih? Lo masih punya kesempatan untuk hidup, beda dengan gue.” Kata Cinta
“Ngomong apa sih lo? Lo juga akan pasti bisa bertahan, bertahanlah! Lo mesti ingat satu hal, begitu banyak orang-orang yang sayang sama lo, dr.Chicco, suster Ranti, Arshavin, Pak Rahimin, Pegawai Flower Rain, para pasien rumah sakit, dan…”
“Dan…????”
“Dan buat gue…”kata Robin dengan senyuman manisnya.
“Ya Tuhan, aku belum pernah melihat Robin tersenyum seperti ini, senyuman yang paling manis yang pernah aku lihat. Tuhan, jangan biarkan senyuman itu menghilang…” ungkap Cinta dalam hatinya.
***
“Pa, aku bosen istirahat dikamar terus, aku mau jalan-jalan, boleh ya?”rengek Robin.
“Baiklah tapi harus ditemani Arshavin” kata papa
“Ok”
Robin duduk dikursi roda, dan Arshavin yang mengantarnya. Mereka menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Mereka ingin menjenguk Cinta, namun tiba-tiba mereka mendengar suara teriakan kesakitan.
“Dari kamar Cinta…”kata Arshavin. Arshavin langsung mendorong kursi roda Robin dengan terburu-buru.
“Ayo Vin, lebih cepat!”kata Robin.
Sesampainya mereka diruangan mereka melihat Cinta sedang melawan rasa sakitnya. Cinta terlihat sangat menderita karena penyakitnya. Dr.Chicco dan beberapa orang suster termasuk suster Ranti tampak memegangi tangan Cinta, agar tanganya tidak melukai kepalanya. Robin benar-benar tidak tahan melihat penderitaan Cinta. Dia meminta Arshavin membawanya mendekati Cinta.
Dr.Chicco terpaksa menyuntikkan obat bius agar Cinta tidak merasa kesakitan lagi. Dalam waktu 5 menit obat itu akan bekerja. Dan Cinta mulai terlihat melemah tak berdaya. Namun Cinta masih sempat melihat untuk 5 menit kalau Robin ada disampingnya.
“Robin…”
Robin tak dapat berkata apa-apa saat tangan Cinta masih sanggup mengusap air matanya.
“Don’t cry, please!” kata Cinta sebelum benar-benar tak sadarkan diri.
Robin tak bisa tersenyum atau berhenti menangis. Dia menciumi tangan Cinta dan memeluk tangannya yang terkulai lemah. Semua yang ada diruangan itu tak ada ayn dapat menahan air mata mereka. Termasuk papa dan mama Robin yang melihat semua itu dari luar pintu ruang perawatan Cinta. Mereka juga tak dapat menahan rasa sedih mereka melihat keadaan Robin dan Cinta.
***
“Robin, mungkin hari-hari kebersamaan kita tidak akan lama lagi.”kata Cinta sambil merebahkan kepalanya di bahu Robin. Mereka duduk bersama di sebuah taman yang dipenuhi dengan banyak bunga. Sinar matahari pun ikut memberikan sinarnya untuk menghangatkan hati dan perasaan mereka.
“Tapi kita tidak akan berpisah, kita akan terus bersama-sama…”kata Robin.
Cinta hanya tertawa kecil mendengar ucapan Robin… “Tidak Robin, kita tidak akan bisa bersama selamanya… Kamu harus melanjutkan hidupmu. Perjalanan hidupmu masih panjang, Robin. Berjanjilah padaku, apapun yang terjadi padaku kamu akan tetap melanjutkan hidupmu dengan baik.”
“Baiklah, aku berjanji, tapi kamu juga harus berjanji untuk tidak akan meninggalkanku.”
“Jangan pernah takut kutinggalkan My Prince, aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan selalu menemanimu, dan aku juga akan selalu mencintaimu dengan caraku…” kata Cinta sambil menitikkan air mata dengan senyuman.
Robin hanya tersenyum dan memejamkan matanya, menikmati kebersamaan mereka.
“Robin… Robin… !” kata Dokter Adrian.
Robin membuka matanya perlahan. Ternyata yang tadi hanyalah mimpi. Robin melihat semuanya serba putih. Dia lupa berada dimana.
“Ma, ini dimana?”
“Kamu di rumah sakit sayang, dua hari yang lalu kamu kolaps dan gak sadarkan diri. Mama takut sekali, Robin.”Mama tidak dapat menahan tangisnya.
“Maafin Robin ya Ma udah bikin mama sama semuanya cemas.”kata Robin
“Robin, liat siapa nih?” kata papa sambil menunjukkan seseorang yang paling dirindukan oleh Robin.
“Cinta…”
“Dasar trouble maker, sampai kapan sih lo bisa berhenti bikin semua orang khawatir. Kalau lo mau jengukin gue, kan lo bisa minta ditemenin Arshavin, atau suster di rumah sakit. Kalau lo jatuh lagi kaya kemarin, kan urusannya bisa gawat! Nanti gue lagi yang disalahin.”kata Cinta.
“Eh, cewe aneh… siapa juga yang mau jengukin lo. GR banget lo!!!”kata Robin
“Udah-udah… kalian ini udah saling ketemu malah berantem, tapi kalau salah satunya lagi kolaps aja, pada nangis deh…”kata papa.
“Udah ah pa…sekarang kan Robin sudah siuman, trus Arshavin juga udah dateng… bisa tolong jagain Robin kan Vin?” kata Mama Robin
“Iya tante, tenang aja… Aku akan selalu jagain Robin… Tante sama Om bisa pulang untuk istirahat, kalian kan sudah dua hari gak tidur ngejagain Robin…” kata Arshavin
“Baiklah…kalau gitu Om sama Tante titip Robin ya… Cinta, kami titip Robin juga ya…” kata papa Robin
“Iya Om Tante.”
Cinta memandangi kedua orang tua Robin sambil tersenyum. “Enak ya… kalau masih punya orang tua yang perhatiin kita?”kata Cinta.
“Tapi lo, masih punya dr.Chicco kan, dokter sekaligus kakak yang selalu nge-jagain lo, dan sangat sayang sama lo.”kata Robin
“Iya, bener apa kata Robin… dan masih banyak lagi orang-orang yang sayang sama lo.” Sambung Arshavin.
“Tapi tetap aja beda, kasih sayang orang tua itu hangatnya tidak tergantikan, dan sangat special. Gue jadi kangen sama ayah dan bunda gue… seandainya aja waktu itu dapat diputar…” kata Cinta yang teringat kejadian sekitar setahun yang lalu, ketika sebuah kecelakaan pesawat yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal.
Robin berusaha untuk bangun dari pembaringannya. Arshavin dengan sigap membantunya. Lalu Robin membisikkan sesuatu ke telinga Arshavin, sehingga Cinta terheran-heran dibuatnya.
“Kalian ngomongin apa sih?” tanya Cinta penasaran.
“Mau tahu aja…”kata Robin dengan gaya sok misteriusnya. Arshavin langsung bergegas keluar.
“Lho, kok Arshavin keluar?” tanya Cinta yang semakin heran dengan tingkah dua saudara sepupu ini.
“Udah gak usah bawel deh My Princess… mending sekarang aku panggilin suster Ranti supaya nganterin kamu ke ruangan kamu. Aku mau istirahat nih.”kata Robin
Cinta merasa kalau kehadirannya benar-benar tidak dihargai Robin, dan langsung keluar tanpa menunggu Suster Ranti datang.
Satu jam kemudian…
Handphone Robin berdering…
“Hallo, gimana? Oke, kalau gitu gue kebawah sekarang ya. Iya, tenang aja… gue bakal hati-hati kok.”kata Robin ditelfon.
Di ruang perawatan Queen III, Cinta sedang ngomel-ngomel gak jelas sambil melemparkan anak panah ke dinding yang sudah ditempeli foto Robin. Tiba-tiba dari luar jendela terdengar suara hujan.
“Lho? Kok hujan… Perasaan tadi cerah-cerah aja, malah gak ada tanda-tanda bakal turun hujan.”Cinta langsung beranjak menuju jendela untuk memastikannya.
“Surprise…!”kata Robin. Cinta tak habis fikir dengan apa yang dilakukan Robin.
“Robin,  ngapain lo main-main hujan-hujanan? Nanti lo bisa sakit!”
“Paling juga pingsan lagi… Tapi kita kan belom pernah main hujan-hujanan bersama… Gue gak suka liat lo sedih, lo kan suka main hujan-hujanan… nah ayo, sekarang kita main hujan-hujanan. Sekarang jarang-jarang loh ada hujan yang turun di siang-siang gini…ayo sini!”
Cinta melihat sekelilingnya untuk memastikan keadaan, dan langsung keluar dari jendela kamarnya menembus hujan di siang hari itu.
Dari balik semak-semak, Arshavin merekam semua kejadian itu sambil tersenyum melihat tingkah kedua orang yang dia sayangi itu. Sekaligus memastikan air yang dia ambil dari Tangki Pemadam Kebakaran masih cukup untuk melakukan hujan buatan disekitar ruang perawatan Cinta.
“Gue akan lakuin apapun buat lo berdua, supaya kalian bahagia. Andai aja gue bisa gantiin posisi lo Cinta, gue rela biar gue aja yang sakit, tapi jangan elo.” Kata Arshavin dalam hati.
***
“Kak Ranti yang cantik… “ panggil Cinta
“Hem…pasti ada maunya nih” kata suster Ranti
“Hehe, tahu aja nih, emang deh kakakku itu gak salah pilih calon istri, aku boleh minta tolong nggak?” pujian Cinta membuat suster ranti tersipe-sipu.
“Apa?”
“Tolong kasi syal ini buat Robin ya…please!”
“Duh kamu tuh ya, ini nih akibat kebanyakan baca komik-komik jepang itu.”
“Aduh, kakakku yang cantik itukan namanya biar romatis.”
“Romantis dari hongkong”
“Yah, emang beda ya…kalau suster yang pacarnya dokter, gak ada romantic-romantisnya, sibuk ngurusin pasien terus.”
“Kamu ngeledek ya?”
“Hahaha, ampun deh, trus satu lagi kak?”
“Apa lagi?”
“Ntar malam temenin aku ke atap ya? Aku pengen liat bintang…”
Suster Ranti terpaksa menghela nafas, kalau bukan karena ia sangat sayang pada Cinta, dia tidak akan membiarkan satu orang pasien pun melanggar peraturan rumah sakit.
“Iya… tapi sekarang kamu harus istirahat dulu, tadi obatnya sudah diminum kan?”
“Sudah boss” jawab Cinta dengan gaya khas tentaranya itu.
***
“Permisi…”
“Eh, ada suster Ranti, masuk aja gak ada siapa-siapa kok, Cuma Arshavin doang nih.”kata Robin
“Ini, ada titipan dari Princess kamu…”
“Apa  nih suster?”
“Buka aja, nanti juga tahu” kata Suster Ranti, Robin pun tak sabar membuka bungkusan kado dari Cinta.
“Wah, syal…” kata Robin antusias
“Itu dibuat sendiri oleh Cinta…. Ya sudah saya harus mengecek pasien lain.”kata suster Ranti.
“”Makasih ya sus” kata Robin sambil asik mencoba beberapa gaya yang cocok untuk memakai syal pemberian Cinta dilehernya.
Arshavin melihat ada sesuatu yang terjatuh di bawah ranjang Robin. “Surat apaan nih?”tanya Arshavin sambil memberikan surat itu kepada Robin.
“Jam 8 malam nanti, gue ada diatap rumah sakit, gue pengen liat bintang…”
“Vin, lo mau kan anterin gue nanti malam?”pinta Robin memelas.
“Tapi jangan lama-lama ya, masalahnya kalau Om sama Tante tahu, gue bisa dimarahin.” Kata Arshavin.
“Sipp boss, tenang aja…” kata Robin.
***

“Sudah datang?” kata Cinta yang datang lebih awal ditemani suster Ranti.
“Iya, gue gak mau My Princess nunggu kelamaan.”kata Robin yang baru saja datang ditemani Arshavin.
“Malam ini bintangnya indah banget ya…”kata Cinta
“Iya, tapi gue udah punya satu bintang yang paling indah, bahkan sinarnya lebih terang dari bintang manapun didunia ini.” Kata Robin
“Oya? Yang mana bintang lo? Yang itu, itu atau yang itu?” Cinta sambil menunjuk beberapa bintang yang sinarnya paling terang.
“Bintang gue, yang ini, yang ada dihadapan gue.” Cinta mengalihkan pandangannya ke arah Robin, ternyata Robin sejak tadi terus memandanginya, bukan memandang bintang dilangit malam itu.
“Hoh, dasar gombal.” Kata Cinta
“Memangnga gue sering nge-gombalin lo? Kayaknya enggak deh, kata orang kita itu lebih mirip Tom and Jerry, bertengkar terus…”kata Robin
“Oya…??? Tapi, itu semua adalah hari-hari yang indah buat gue.”jawab Cinta
“Me too”
“Robin…” kali ini giliran Cinta yang memandangi wajah Robin sedangkan Robin tampak asik memperhatikan bintang-bintang dilangit malam itu.
“Ehm…”jawab Robin yang tetap asik melihat bintang dilangit malam itu.
“Gue gak punya banyak waktu”
“Gue juga… kata Arshavin gue gak boleh lama-lama disini, kalau ketahuan sama ortu gue dia bisa kena marah sama mereka” Robin tertawa menceritakannya pada Cinta.
Cinta ikut tertawa… namun cuma bisa berkata, “O ya?” Cinta merasa kalau Robin salah mengerti apa maksud yang ia bicarakan.
“Robin…”
“Ehm?”
“Apa besok akan ada hujan lagi? Apa besok bintang-bintang ini masih bersinar terang seperti hari ini?”tanya Cinta
“Tentu aja, sepertinya kalau masalah bintang akan  masih sama dengan hari ini… tapi kalau masalah hujan, gue gak tahu deh… soalnya yah seperti yang elo tahu, sekarang kan hujan turunnya jarang-jarang banget tuh, padahal belum kemarau, mungkin karena efek pemasan global kali ya?”kata Robin panjang lebar demi menutupi kebohongannya tentang hujan buatannya itu.
“Lalu, apa besok …”
“Besok kenapa?”
“Gak jadi deh… Robin, kita masuk sekarang yuk, takutnya makin malam akan gak bagus buat jantung kamu.”kata Cinta
“Jantungnya emang udah gak bagus kok, tapi let’s go kita masuk, nanti Arshavin dimarahi ortu gue kalau tahu nemenin anaknya diloteng begini.”kata Robin.
***
“Cinta, habis minum obat ini, kamu harus langsung tidur ya…”kata suster Ranti
“Ok”
Cinta cepat-cepat minum obatnya supaya suster Ranti bisa cepat mengecek pasien yang lain. Kasihan juga suster Ranti yang sudah bantuin segalanya buat Cinta.
“Kak Ranti, makasih ya…”
“Buat apa?”
“Buat semua yang udah kakak lakuin buat aku, buat kakak aku.”kata Cinta.
“Sama-sama… udah sekarang kamu tidur, ini sudah larut malam.”kata suster Ranti sambil menutup pintu ruang perawatan Cinta.
Sebelum tidur Cinta mengambil pulpen dan kertas. Ia ingin menulis surat untuk orang-orang yang dia cintai. Surat untuk Kak Chicco, Arshavin, Arum, juga buat Robin. Tak terasa malam semakin larut. Beruntung Cinta telah menyelesaikan semua tulisan suratnya. Cinta mulai berniat memejamkan mata, namun tiba-tiba rasa sakit perlahan-lahan menyerang kepalanya.
Di rumah sakit yang sama…
Robin yang tertidur pulas tiba-tiba merasakan sakit pada jantungnya. Keadaan diluar hujan lebat bahkan beberapa kali kilat menyambar. Semuanya semakin panik karena ditambah lagi ibunda Robin yang sempat pingsan karena melihat kondisi anaknya.
“Pak, ini tentang jantung Robin, keadaannya semakin memburuk dan ini akan memperparah keadaan bila tidak segera dilakukan transplantasi jantung.”kata dr.Adrian, yang seorang ahli jantung.
“Tapi dok, kami belum mendapatkan donor jantung, bahkan pihak rumah sakit juga kesulitan dalam mencari donor jantung untuk Robin”kata Om Alfred.
Tiba-tiba dr.Chicco datang…
“Bisa saya bicara dengan dr.Adrian dan Pak Alfred sebentar?”
Ayah robin dan dr.Adrian pun langsung keluar. Sementara Arshavin menjaga Robin dan berusaha menyadarkan tantenya.
Sekitar 15 menit kemudian, beberapa orang suster berdatangan ke kamar perawatan Robin. “Lho, ada apa ini suster?”tanya Arshavin yang kebingungan.
“Maaf mas, tapi pasien ini akan segera melakukan transplantasi jantung.”kata salah seorang suster.
“Transplantasi jantung?” Arshavin semakin keheranan. Bagaimana bisa tiba-tiba mendapatkan sebuah jantung dalam waktu singkat?
 “Robin…” Ibunda Robin menyebut nama anaknya ketika mulai tersadar dari pingsan.
“Tante, udah sadar…”kata Arshavin
“Robin mana Vin?”tanya Ibunda Robin cemas
“Ehm , Robin akan melakukan transplantasi jantung mala mini juga tante.”kata Arshavin.
“Benarkah? Sekrang om kamu mana?
“Tadi Om Alfred, dr.Adrian dan dr.Chicco ada diluar, mungkin mereka sekarang sudah ke ruang operasi.”kata Arshavin
“Kalau gitu, ayo kita segera ke ruang operasi, Vin.”kata Ibunda Robin. Mereka langsung menuju ke ruang operasi Robin yang sedang melakukan proses transplantasi jantung.
***
Di depan ruang operasi Robin sudah ada Om Alfred, dr.Chicco, Suster ranti yang kebetulan selesai bertugas jam 10 malam tadi setelah mengantar Cinta kembali dari loteng.
“Lho, dr.Chicco sama Suster ranti kok ada disini juga?”Tanya Arshavin
“Vin, bisa saya bicara sama kamu sebentar?”
“Bisa, ngomong aja disini, gak apa-apa kan?” kata Arshavin terbata-bata. Perasaannya mulai diserang rasa takut. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Berbagai prasangka mulai bermunculan.
“Gak bias, kita harus bicara ditempat lain, Vin” kata Chicco
“Baiklah”
Arshavin dan Chicco berjalan menyusuri lorong melangkahkan kaki dengan perlahan menuju taman rumah sakit. “Dok, sebenarnya apa yang ingin dokter sampaikan?”Tanya Arshavin yang sudah amat penasaran dengan apa yang akan disampaikan dr.Chicco padanya.
Tiba-tiba dr.Chicco mengeluarkan dua buah surat dari sakunya. “Ini untuk kamu dan Robin. Tolong sampaikan ini pada Robin.”
“Dokter ngajakin saya ke sini, Cuma mau ngasi saya surat ini?”kata Arshavin.
“Sebaiknya kamu baca dulu isi surat itu” kata dr.Chicco
Arshavin pun lalu membuka amplop itu perlahan, dan mulai membaca isi surat itu.


Dear Arshavin,
Vin, makasih ya… buat semua yang udah lo kasi ke gue. Jujur, elo adalah sahabat terbaik gue, dan andaikan aja gue bisa bertahan lebih lama lagi untuk terus bersahabat sama lo. Vin, gue titip Robin ya… Tolong jaga dia buat gue, karena gue amat sangat menyayanginya. Kalau aja gue bisa, gue akan berikan jantung gue buat dia. Dia adalah jantung hati gue, Vin. Gue pengen dia terus hidup dan selalu tersenyum buat gue. Meski suatu hari nanti, gue hanya bisa melihat senyumannya dari tempat yang jauh.
Vin, gue minta maaf sama lo. Gue tahu perasaan elo buat gue, gue gak menutup mata kok dari perasaan lo. Tapi, gue gak mau ngerusak hubungan baik antara kita, antara lo dan Robin, antara kita bertiga. Asal lo tahu, lo punya tempat tersendiri di hati gue, karena lo bukan cuma sahabat, tapi sekaligus saudara buat gue. Perhatian lo ke gue selalu bikin gue merasa nyaman ada di dekat lo. Lo juga selalu ada disaat-saat gue butuh teman untuk bercerita. Gue harap, lo gak akan pernah ngelupain gue, dan jaga diri lo baik-baik.          Gue sayang sama lo Vin, always. J
With Love,
Cinta
Tangan Arshavin bergetar hebat, air mata nya tak berhenti mengalir. Kakinya pun terasa sangat lemah dan tidak berdaya, hingga membuatnya jatuh terpuruk ditanah yang basah karena hujan.
“Cinta pasti gak akan senang kalau melihat orang-orang yang disayanginya menangis seperti kamu ini Vin.”kata dr.Chicco
“Yah…dokter benar!” kata Arshavin sambil mencoba untuk tegar, namun… tiba-tiba Arshavin malah tertawa dan berkata, “Hahaha… dia benar-benar aneh, sangat aneh, bagaimana saya bisa baik-baik aja dok? Bagaimana perasaan ini bisa baik-baik aja, kalau kehilangan seseorang yang sangat disayangi? Bagaimana? Tolong dok, katakan pada saya bagaimana supaya saya baik-baik saja? Katakan bagaimana??!!! Bagaimana?!!” tiba-tiba dr.Chicco malah menamparnya. Pertahanannya untuk tidak menangis juga runtuh.
“Kamu fikir, kamu saja yang sedih? Apa kamu fikir cuma kamu saja yang merasa sakit dengan keadaan ini, hah?!! Vin, cobalah untuk membuatnya bahagia untuk yang terakhir kali… Biarkan Cinta pergi dengan tenang.”kata dr.Chicco
Arshavin hanya terdiam, dan tak dapat berkata apa-apa lagi. Dr.Chicco mengajak Arshavin kembali ke ruang operasi Robin, dan mengingatkannya untuk tetap tenang.
***
Beberapa hari kemudian…
“Robin… Robin… Syukurlah, kamu sudah sadar sayang.”Tanya Ibunda Robin.
“Mama… “
‘Iya, sayang…”
“Jantung aku…”
“Kenapa jantung kamu? Sakit lagi?”
“Bukan, jantungku rasanya baik-baik aja…seperti… Gak ada rasa sakit sedikitpun.” kata Robin.
“Syukurlah, kalau begitu…”kata Mama
“Memangnya aku sudah mendapatkan donor jantung?”
“Sudah sayang, bahkan kamu sudah melakukan proses transplantasi jantung.”
“Memangnya siapa yang mau mendonorkan jantungnya Ma? Aku harus berterima kasih pada keluarganya.”kata Robin.
“Iya, nanti kamu bisa berterima kasih pada keluarganya… Yang penting kamu harus pulih dulu, jangan sia-siakan jantung yang ada didalam tubuh kamu itu.”kata Mama yang tak sanggup lagi menahan air matanya langsung keluar dari ruang perawatan.
“Pa, mama kenapa nangis?”
“Mama kamu menangis karena bahagia, kamu gak usah mengkhawatirkan mamamu, yang penting kamu harus tetap semangat untuk sembuh dan cepat pulih, ok?”kata papa
“Ok.”jawab Robin sambil tersenyum
***
Di tempat lain, Arshavin duduk termenung sambil memutar video-video rekaman yang berisi tentang Cinta. Dimulai dari videonya ketika merajut syal, ketika dia bercanda bersama suster ranti dan kakaknya dr.Chicco, ketika bermain hujan buatan bersama Robin, bahkan rekaman yang terakhir adalah ketika Cinta dan Robin diloteng, saat mereka bersama melihat bintang.
Video-video itu membuat Arshavin bisa tertawa meskipun disela-sela air matanya yang jatuh di pipi. Dia sangat merindukan Cinta. Rasanya Cinta sedang duduk disampingnya dan tersenyum padanya. Tapi nyatanya Cinta telah pergi meninggalkannya, dan membuatnya tak bisa berhenti untuk menangis.
***
Dua hari kemudian…
“Vin, kok gue gak pernah liat Cinta jengukin gue ya? Dia tahu gak sih kalau gue abis transplantasi jantung?”Tanya Robin
‘Pasti tahu lah, mungkin dia lagi sibuk. Dia kan juga butuh istirahat.”kata Arshavin.
“Vin, antarin gue ke kamar Cinta yuk…”pinta Robin.
“”Robin, lo itu belum sembuh benar…kalau lo udah pulih, jangankan ke kamar Cinta, kalau gue pulang ke Holland minggu ini, lo juga gue ajak.”
“Lho, kok buru-buru sih… kan lo masih dua minggu lagi baru kuliah”
“Eh, disana gue juga banyak hal yang harus gue selesaikan  sebelum kuliah.”kata Arshavin namun dalam hatinya ia benar-benar merasa bersalah karena harus berbohong lagi pada Robin. Kebohongan pertama adalah mengatakan kalau Cinta baik-baik saja di kamarnya. Kebohongan kedua adalah alasan dirinya kembali ke Holland secepat mungkin adalah karena dia ingin melupakan rasa sedihnya. Dia tak ingin terus terkungkung dalam kesedihan ini, karena Arshavin merasa kalau Cinta tidak akan suka bila ia terus bersedih. Kembali ke Holland, kembali ke masa-masa sebelum liburan ke Indonesia dank e masa-masa sebelum bertemu Cinta, namun tanpa harus melupakan Cinta.
“Eh, kenapa lo bengong?”
“Ah? Enggak kok,… pokoknya lo harus istirahat dulu untuk beberapa hari ini, hari Sabtu nanti gue mau ajak lo ke suatu tempat, sebelum gue balik ke Holland.”kata Arshavin
“Okay bro…”kata Robin.
***
Semakin hari Robin semakin heran, karena sampai hari Sabtu tiba, Cinta tak kunjung datang menjenguknya. Hari sabtu itu, pagi-pagi sekali Robin mencoba berjalan perlahan menuju ruang perawatan Cinta. Robin benar-benar tak sabar untuk bertemu dengan pricess-nya. Tapi sesampainya dikamar Cinta, ruangan itu kosong. Cinta tak ada dikamarnya. Robin coba mencari ke sekitar ruangan Queen III, tapi hasilnya nihil. Robin coba bertanya pada seorang perawat, namun dia juga menjawab tidak tahu dimana keberadaan Cinta. Saat Robin bertanya tentang dr.Chicco, perawat itu mengatakan bahwa dokter Chicco sedang cuti, begitu juga dengan Suster Ranti. Robin semakin bingung, namun dirinya mencoba tetap berfikir positif.
“Mungkin Cinta dan dr.Chicco pergi berobat ke luar negeri, yah…pasti begitu.”kata Robin. Akhirnya ia kembali ke kamar perawatannya untuk menunggu Arshavin. Ternyata dikamarnya sudah ada papa dan mamanya juga ommanya.
“Hari ini kamu sudah bisa pulang sayang…”kata Mama
“Cucu omma, omma senang kamu sudah sembuh, karena itu omma bela-belain ikut ngejemput kamu dari rumah sakit.”kata Omma
“Udah, yuk kita langsung pulang…”kata papa
“Tunggu dulu, Vin, gue mau Tanya, kok Cinta gak ada dikamarnya ya? Perawat bilang dr.Chicco sama Suster ranti juga sedang cuti. Apa mereka bawa Cinta keluar negeri untuk berobat?”Tanya Robin. Semua tiba-tiba terdiam dan saling berpandangan satu sama lain, namun papa segera mencairkan suasana.
“Ayo…Ayo…Omma sama mama jalan duluan, papa udah keberatan nigh bawa barang-barang Robin.”kata papa
“Salah sendiri, sudah tahu rumah sakit, bawa barang banyak-banyak udah kaya mau piknik aja.”Omma ngomel-ngomel. Pantas aja sih papa Robin dapat omelan dari Omma, karena selama Robin dirumah sakit, hampir seluruh isi lemari es dirumah dibawa ke rumah sakit. So, setiap hari Omma harus delivery makanan.
Papa, Mama, Omma, sudah keluar dari kamar perawatan Robin. Kini, cuma tinggal Arshavin dan Robin berdua dikamar. “Vin, sebenarnya ada apa sih?”tanya Robin.
Arshavin mengeluarkan sepucuk surat dari dalam saku jaketnya. Surat yang akan menjawab semua pertanyaan Robin.
“Surat apa nih Vin?”
“Lo baca aja dulu.”kata Arshavin
Robin mulai membuka amplop surat itu perlahan-lahan. Di dalamnya ada cincin emas putih yang dulu pernah diberikannya kepada Cinta. Dan Robin mulai membaca isi surat tersebut…
Dear Robin,
Hello My Prince, gimana kabar lo? Gue selalu berdoa semoga lo baik-baik aja, dan cepat sembuh. Gue gak suka liat lo sakit, karena lo jelek kalau sakit. Jelek banget!!! Haha. Seandainya aja gue bisa lakuin sesuatu buat lo, pasti gue akan lakuin supaya lo sembuh. Kalau jantung gue bisa gue kasi, gue gak akan nyesel donorin jantung gue buat lo. J
Gue gak pernah menyesali pertemuan singkat kita ini, meski awalnya menyebalkan tapi itu adalah hari-hari yang paling menyenangkan buat gue. Elo adalah kado terindah terakhir yang gue dapet di sisa-sisa hari gue. Elo bikin hari-hari gue berwarna, lebih ceria, dan membuat gue tambah semangat untuk bertahan, menghabiskan waktu lebih lama lagi sama lo. Tapi kita juga tidak melawan takdir, iya kan My Prince?
Oya, gue belum sempat ngucapin makasih sama lo, buat surprised party ultah gue, buat hujan buatan yang lo rencanakan (jangan lo fikir gue gak tahu ya, hari itu emang gak ada hujan kan, tapi lo bikin semuanya untuk menghibur gue) itu adalah hal terindah dan sangat berarti buat gue. Dan terima kasih karena lo lo sudah mencintai gue di sisa-sisa hidup gue.
My Prince Robin, gue tahu lo akan benci dengan keputusan yang gue ambil ini, tapi gue rela ngelakuin ini buat orang yang gue sayang. Gue udah mutusin untuk mendonorkan jantung gue buat lo, gue ngerasa gue udah harus pergi, dan gue cuma mau kasi sebuah kenang-kenangan yang sangat berarti buat gue, buat lo, juga buat semua orang.
Robin, mungkin hari-hari kebersamaan kita tidak akan lama lagi. Kamu harus melanjutkan hidupmu. Perjalanan hidupmu masih panjang, Robin. Berjanjilah padaku, apapun yang terjadi padaku kamu akan tetap melanjutkan hidupmu dengan baik. Jangan pernah takut kutinggalkan My Prince, karena aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan selalu menemanimu, dan aku juga akan selalu mencintaimu dengan caraku sendiri. Dengan jantungku ada didalam tubuhmu, dengan begitu pula aku akan selalu dan terus mencitaimu…
With Love
Cinta
Tangan Robin bergetar memegangi surat itu, tapi matanya tidak menangis. Hanya terlihat dari roman mukanya, dia menahan dirinya agar tidak menangis.
“Vin, gue mau ke tempat Cinta yang sekarang.”kata Robin
Arshavin mengerti kalau tempat yang dimaksud Robin itu adalah tempat peristirahatan terakhir Cinta. Arshavin lalu membawanya ke sebuah pemakaman umum di dekat rumah sakit. Tempat peristirahatan terakhir Cinta yang memang sengaja ditanami banyak macam bunga-bunga yang indah oleh para pegawai Flower Rain. Ditambah ada sebuah pohon besar yang akan selalu melindungi tempatnya dari cahaya matahari langsung. Rerumputan yang hijau diatas tanah pemakaman seluas 3000 hektar itu juga menambah cantik area tersebut. Menghilangkan kesan menakutkan pada sebuah tempat peristirahatan terakhir manusia.
Setelah mengantarkan Robin dan kursi rodanya ke dekat peristirahatan Cinta, Arshavin memilih untuk mundur beberapa langkah, memberi ruang pada Robin untuk melakukan apa yang diinginkannya.
“Lo itu memang cewe paling aneh yang pernah gue kenal. Kalau orang lain biasanya lebih milih untuk terus bertahan hidup dengan melakukan berbagai cara, tapi lo… Elo malah rela donorin jantung lo, supaya orang lain bisa terus hidup.”kata Robin yang sudah tak sanggup membendung airmatanya.
“Kenapa lo harus lakuin semua ini? Lo tahu gak sih, hatiku gue sakit dengan kenyataan ini, gue ngerasa udah merebut kehidupan lo. Apa lo senang sekarang? Apa lo bisa tenang dan tersenyum disana? Kenapa lo bohong sama gue, bukannya lo udah janji kalau kita akan selalu sama-sama, dan kita akan menghadapi semuanya sama-sama?” Arshavin memperhatikan dari kejauhan Robin yang menangis sesenggukan. Arshavin coba mendekati Robin. Dia takut bila terjadi sesutau pada Robin bila terus menangis.
“Kenapa lo bohong sama gue? Kenapa lo gak jujur sama gue kalau Cinta yang sudah mendonorkan jantungnya buat gue? Kenapa Vin?”Tanya Robin
“Cinta gak mau lo sedih. Dia gak akan tenang disana, jadi tolonglah berhenti menangis! Dia minta gue ngejagain elo, karena dia sangat menyayangi lo, Bin. Dia rela mendonorkan jantungnya buat lo, karena dia sangat mencintai elo. Dia mau lo ngelanjutin hidup lo, membangun mimpi-mimpi lo, dan juga membahagiakan orang lain. So, come on… you know, she doesn’t wanna see you like this bro… . Wake up! You have to realize these all your destiny, don’t regret it, and stop crying!” Arshavin mulai marah tapi ia jga tahu perasaan Robin memang sedang merasakan sedih yang teramat sangat. Tapi ini bukanlah yang diinginkan Cinta. Karena yang diinginkan Cinta adalah Robin untuk selalu tersenyum dan bahagia.
***
Keesokan harinya, di bandara Soekarno-Hatta…
Robin sudah mampu berjalan tanpa kursi rodanya. Robin, Om Alfred, Tante Letty dan juga Omma mengantar Arshavin ke bandara untuk kembali ke Holland…
“Jaga diri lo baik-baik! Gue akan tetap mengontrol lo dari Holland, mobile phone lo gak boleh sampai gak aktif, ngerti?”kata Arshavin.
“Iya, ah bawel.”jawab Robin.
“Kan gue sekarang asistennya si Cewe Aneh”balas Arshavin.
“Dasar lo!”
“Vin, salam ya buat mami sama daddy kamu, bilang ke mereka kalau ada waktu mereka harus ke Indonesia okay?”kata tante Letty Ibunda Robin.
“Akan saya sampaikan tante, tapi kalau ada kesempatan tante sam Om juga harus ke Holland”kata Arshavin.
“Itu pasti.”kata Om Alfred.
“Arshavin cucu omma yang paling baik, bilang sama mama mu jangan lupa sering-sering telefon omma, omma kan juga kangen sama dia.”kata Omma
“Iya omma, mami sama daddy juga selalu kangen kok sama Omma, malah foto Omma di pajang di dinding ruang tamu rumah kami.”kata Arshavin.
Robin memeluk Arshavin dengan erat… “Lo harus baik-baik juga disana, kalau lo udah sampai di sana langsung kabarin kami okay?”kata Robin
“Iya tenang aja, udah ya…gue udah harus check-in, nanti gue bisa ketinggalan pesawat.”
“Ok” Arshavin melangkah masuk ke dalam ruang tunggu untuk check in. Omma, Tante Letty, dan Om Alfred serta Robin masuk kedalam mobil Alphard Hitam yang tadi membawa mereka ke bandara.
***
Di pesawat yang sedang membawanya kembali ke Holland, Arshavin duduk di window seat. Sambil menatap awan-awan putih itu, seolah ia melihat Cinta disana, namun ia sadar kalau itu tak kan mungkin… Tapi itu cukup membuatnya untuk tersenyum mengingat orang yang sangat dicintainya dan juga kenangan-kenangan bersamanya.
          Sedangkan ditempat lain, Robin sudah melaju dengan Ferrari merahnya, Robin mulai bergerak memulai harinya yang baru… “Cinta… mulai hari ini, gue akan menjalani kehidupan baru…semua karena elo…Thank You My Princess, lo adalah satu-satunya cewe ter-aneh dalam hidup gue dan sekaligus satu-satunya Cinta dalam hidup gue. Cinta…gue akan menjaga kado terindah yang lo berikan ini, dan gue juga akan berusaha membuat semua orang bahagia, sama seperti yang udah lo lakuin pada gue, Arshavin, juga semua orang. Cinta, I love you so much, always and forever…”
The End

By. Rina a.k.a Queen-Na