Thursday 21 January 2016

Forever Admirer




Konser musik. Siapapun penyanyinya, aku tidak akan pernah suka melakukan hal ini. Lantas kenapa aku disini? Aku mencoba menemukan kembali ingatanku yang sepertinya sangat berharga untuk kulupakan. Ah, benar! Dua hari yang lalu, aku dipaksa oleh salah seorang temanku untuk ikut nonton konser ini sebagai hadiah ulang tahun untuknya. Itulah sebabnya mengapa aku sekarang berada di tengah keramaian ini. Mungkin seisi dunia ini tahu kalau aku tidak suka keramaian.
“Yuna, gak usah pasang tampang bete gitu dong, disini kita buat senang-senang!”
“Aishhh, dasar Jiran menyebalkan, apa ini yang dirimu maksud dengan teman?”aku hanya dapat mengutuknya dalam hati, dan terpaksa pura-pura tersenyum manis dan memalingkan wajahku ke arah berlawanan.
“Kamu sekali-kali harus menikmati konser-konser seperti ini, biasanya di dalam hal-hal yang gak kamu sukai malah kamu akan menemukan sesuatu yang menarik.”
“Menarik? Apanya yang menarik? Aku rasa terlalu banyak hal yang menarik bagimu, Zia.”balasku dan mereka hanya tertawa.
Konser music malam itu dibuka dengan penampilan band local. Dan setelah itu, seorang MC laki-laki dan MC perempuan keluar untuk membuka acara secara resmi. Karena kami berada di barisan paling strategis untuk melihat secara jelas para entertainer itu, maka dari tempat kami berada aku juga bisa melihat dengan jelas wajah pembawa acara malam itu. Dan ada yang berhasi mencuri perhatianku, siapa? Hana si MC perempuan itu? Eyyy, gak mungkin, tentu saja bukan, tetapi yang disebelahnya itu, seorang MC pria tampan dengan senyuman yang sangat manis.
Seketika kata-kata Zia kembali melintas di fikiranku. Mungkin ada benarnya juga. Bagiku malam itu bukanlah untuk menonton konser musik yang isinya music rock dan penuh dengan teriakan tidak jelas, mungkin karena music mereka tidak sesuai dengan  seleraku. Tapi malam itu, aku hanya benar-benar focus pada MC itu yang memperkenalkan dirinya diatas panggung dengan nama, Jin. Menurutku penampilannya adalah yang terbaik ketimbang para personel EmBlue itu. Dan malam itu berlalu dengan cukup menyenangkan karenanya. Namun, aku tidak akan mengatakannya kepada dua teman menyebalkan ini. This is my secret, ssssttt! 

***
Aku hendak menuju kelas kuliah berikutnya, namun kelas yang biasa aku dan teman-temanku gunakan sepertinya sedang digunakan para mahasiswa lain. Aku mencoba mengintip siapa yang sedang menggunakannya. Tak ada dosen didalamnya. Apa mereka sedang bermain saja di dalam kelas yang akan kami gunakan? Namun tiba-tiba mataku tertuju pada sosok yang masih kuingat jelas parasnya di otakku. Jin? Sengaja atau tidak, atau entah itu kesalahan atau kecerobohanku, tapi jelas sekali dia juga melihatku. Apa yang harus kuharapkan? Dia tidak kenal padaku, jelas dia tak akan menegurku. Aku sangat mengerti begitu banyak orang yang memiliki kepribadian yang mirip denganku yang tak mudah dekat dengan orang lain, malah cenderung di nilai sombong oleh sebagian orang yang tak mengenalku dengan baik.
“Yuna, ayo masuk.”kata Noel.
“Tapi, ada orang di dalam, kamu yakin kita selanjutnya dikelas ini?”tanyaku dengan perasaan yang tidak karuan. Malu. Takut. Ragu. Aku benar-benar tidak bisa mengontrol perasaan, fikiran, dan ekspresiku secara bersamaan. Dan akhirnya aku masuk dengan kepala tegak pandangan lurus kedepan tanpa senyum seperti aku yang biasanya, tampil cuek dan terkesan dingin pada orang-orang. Aku hanya bisa memarahi diriku sendiri didalam hati. Kenapa aku harus bergitu? Tidak bisakah sedikit lebih ramah? Terlalu mahal kah suaramu untuk menyapa orang lain terlebih dahulu? Akh, aku benar-benar kesal pada diriku sendiri.
Aku duduk ditempat yang biasa aku tempati. Paling depan. Lagi-lagi kebiasaanku ini membuatku tak bisa melirik ke arah Jin sedikitpun. Aku betanya pada Noel tentang kenapa Jin dan teman-temannya berada di kelas kami.
“Mereka itu mahasiswa bimbingan Mr.Anthony, dan mereka sedang melakukan penelitian, dan mereka akan melakukan penelitiannya di kelas kita.”jawab Noel
“Kenapa harus kita? Memangnya Mr.Anthony gak punya mahasiswa lain?”
“Mungkin kelas kita menyenangkan manurut Mr.Anthony?”kata Noel membuat perasaanku semakin tak karuan antara frustasi dan terlalu senang. Tak lama kemudian Jiran dan Zia juga datang. Jiran duduk disampingku. “What’s wrong with your face?”Tanya Jiran.
“Coba liat di pojok belakang sebelah kiri? Kenal gak?”
“Oh, dia MC yang waktu di konser itu kan? Kenapa? Suka ya?”ledek Jiran
Hampir saja aku ingin berteriak pada anak menyebalkan ini. Tapi aku menahannya dengan baik. Kali ini aku berhasil mengontrol hati, fikiran dan ekspresi mukaku.
“Kalau gak, terus kenapa emangnya kalau dia dikelas kita? Biarin aja kali.”kata Jiran.
Aku hanya bisa terdiam. Apa yang dikatakan Jiran memang benar. Akh, ternyata aku benar-benar sulit mengendalikan perasaanku.
“Yuna, mereka yang disana itu, Noel bilang mereka itu mahasiswa-mahasiswa nya Mr.Anthony.”kata Zia yang tiba-tiba nyeletuk dari belakang.
“Udah tahu.”jawabku singkat
“Ada si MC itu.”kata Zia
“Udah liat.”
“Yang aku dengar mereka sedang penelitian di kelas kita.”lanjut Zia
“Udah dengar.”jawabku lagi
“Wah, great!!! She knew everthing!”Zia mulai lebay
“Noel udah kasi tahu tadi.”jawabku berusaha untuk tak membuat Zia lebay lebih jauh lagi dengan kecurigaannya.
“Are you happy?”selidik Zia
“Happy?”tanyaku balik dengan muka sok bingung
“You like him, huh?”Zia semakin bertingkah lebay ala detektif
“What???”Jiran malah terkejut dan hampir saja tertawa dan menggemparkan seisi kampus.
“I don’t”sangkalku
“Aihhhh, really?”Jiran dan Zia semakin aneh dengan memasang wajah serius
“Ah, bodo ah….”aku makin tak sanggup meladeni Zia dan Jiran. Aku berusaha mengendalikan perasaanku, tapi dua anak ini benar-benar berbahaya karena mereka bisa membuatku kehilangan control atas diriku sendiri.
“Tapi, malam itu aku perhatikan, kalau setiap MC nya keluar, dia pasti senyum-senyum sendiri, dan pasang muka kesal tiap kali band favorit kita yang tampil.”cerita Zia pada Jiran. Aku hanya mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Dalam hatiku benar-benar kesal pada dua anak ini, jadi sebenarnya mereka ingin menonton konser music atau memperhatikan aku?
Tak lama kemudian, Mr.Anthony datang.
“Okay, hari ini saya mau kita dapat bekerja sama. Mereka yang duduk di pojok sana adalah mahasiswa saya dari jurusan bahasa prancis, dan mereka sedang melakukan penelitian. Saya akan memberikan mereka beberapa pertemuan kita untuk mengajarkan kalian tentang bahasa prancis. Kalian tidak perlu takut, para mahasiswa saya ini adalah yang terbaik. Okay, sekarang bisa kita lanjutkan kuliahnya? Pada sesi terakhir kalian bisa memilih siapa yang terbaik menurut kalian.”
Kuliah berlangsung cukup menyenangkan. Bahkan ketika si tampan Jin itu mendapatkan gilirannya mengajar. Aku suka caranya mengajar. Beberapa pertanyaan yang dia berikan bisa ku jawab dengan baik membuatku seperti terbang di atas awan, berenang di anatara bunga-bunga yang indah, namun ketika ada pertanyaan yang aku membuat kesalahan dalam menjawabnya, membuatku ingin lari ke kutub utara menyembunyikan wajahku di bawah gunung es. Satu hal yang membuatku benar-benar senang adalah aku bisa melihat senyumnya yang manis dengan sangat jelas.
“Yuna, be careful atau kamu akan ketahuan menjadi fansnya.”
Perkataan Jiran yang mengingatkanku, membuatku kembali berfikir lurus dan mengendalikan ekspresi wajahku.
“Jangan terus memandang wajahnya, tapi lihatlah kea rah papan tulis, perhatikan apa yang dijelaskannya bukan wajah orang menjelaskan” bisik Jiran
“Aku memperhatikan apa yanh dijelaskan kok”
“Hoh, are you sure? Mana ada orang mendengarkan penjelasan sambil senyum senyum gak jelas gitu.”
“Okay. Okay. Kamu juga jangan terus memperhatikan aku sebaiknya perhatikan papan tulisnya. Jangan perhatikan aku ataupun yang menjelaskan di depan itu.”kataku
“Woaaaaa, you really liked him.”kata Jiran

*** 
“Yuna, kamu serius suka sama mahasiswa Mr.Anthony, Jin si Mc itu?”Tanya Zia
“Kenapa emangnya?”
“Gak kenapa-kenapa sih…turut berbahagia aja”kata Zia
“Yuna, pas waktu dia menjelaskan kemarin, kamu perhatikan atau gak gayanya itu loh….?”Jiran tampak ragu meneruskan kata-katanya
“Gayanya kenapa? Girlish gitu?”
“Tuh dia tahu”kata Zia pada Jiran
“Hey, kalian suka sama siapa tuh Band EmBlue atau apalah gitu kan? Kalau liat personilya pada berbunga-bunga kan?”
Jiran dan Zia mengangguk.
“Nah, anggap saja aku itu kalian, dan Jin itu sebagai si EmBlue itu. Done! No more questions, okay!” aku mempercepat langkahku menuju kelas Mr.Anthony. Tapi kedua temanku yang baikku yang menyebalkan ini juga dengan cepat menyusulku.
“Hari ini katanya hari terakhir mereka ikut dikelas kita, dan seperti yang Mr.Anthony bilang, kita harus memilih satu yang terbaik menurut kita. Siapa yang akan kamu pilih?”Tanya Jiran.
“Please, kasi tahu kita dong, aku dan Jiran benar-benar bingung, jadi kami putuskan untuk mengikuti pilihan kamu.”kata Zia
“Promise me you’ll choose the same.”
“Okay.”jawab Jiran dan Zia kompak.
“Of course, I’ll choose him.”jawabku
“Who? Jin?”Tanya Jiran
“Eitsss… you promised me guys, don’t forget, okay.”
“Okay.”jawab Zia

Sesampainya dikelas dua mahasiswa yang mendapat giliran terakhir mengajarkan kai tentang beberapa kosakata tentang bahasa prancis. Sebenarnya mereka semua tidak buruk mungkin mereka hanya sedikit nervous.
“Okay, kalian sudah melihat kemampuan mereka dan mereka juga tahu kemampuan kalian dan minat kalian dalam belajar bahasa prancis, walaupun kalian bukan mahasiswa bahasa prancis, tapi menurut mereka kalian tidak buruk sebagai pemula. Mereka juga senang bisa berbagi pengetahuan dengan kalian yang sesungguhnya berstatus mahasiswa bahasa Inggris. Baiklah, kalau begitu seperti yang sudah pernah kita sepakati, bahwa kalian harus memilih yang terbaik menurut kalian. Apa kita perlu voting?”Tanya Mr. Anthony
“Daripada kita voting menggunakan kertas, lebih langsung saja tunjuk tangan. Lebih terbuka dan lebih cepat selesai.”kata Raga salah satu teman sekelasku yang memang hobi nyeletuk dan membuat seisi kelas tertawa.
“Kamu benar Raga. Baiklah kita langsung saja. Ketika saya sebutkan namanya, kalian bisa langsung tunjuk tangan.”
“Jin?”
Aku tanpa ragu langsung menunjuk tangan. Dan teman-teman ku langsung tertawa. Aku merasa dikhianati. Tentu, oleh kedua teman baikku yang menjadi benar-benar menyebalkan.
“Gwen?” ketika Mr.Anthony menyebutkan nama seorang mahasiswi nya, seluruh temanku menaikkan tangannya tanda memilih Gwen sebagai yang terbaik. Aku hanya bisa tertawa kecil dan tersenyum dengan tatapan yang sangat tajam pada teman-temanku. Mereka merasa seperti menang sebuah permainan. Mengerjaiku? Hahaha, berani-beraninya mereka membangunkan macan yang sedang tertidur, fikirku.
Setelah itu, untuk terakhir kalinya aku melihat ke arah Jin dan dia jelas sekali melihat ke arahku juga. Dia tidak tersenyum. Wajahnya biasa saja tanpa ekspresi apapun. Sekedar melihat. Itu sudah cukup bagiku sebagai hadiah untuk mengampuni teman-temanku yang berani mempermainkanku.
“Yuna, sorry. Sebenarnya tadi kita berdua emang maunya pilih Jin, tapi kami dengar teman-teman lain banyak yang meilih Gwen dengan berbagai macam pertimbangan. Akhirnya kami pilih Gwen.”kata Zia
“It’s okay.”
“Kamu marah?”
“Marah? Menurut kalian, apa orang yang dikhianati bisa marah? Gak Cuma marah, bahkan aku rasanya ingin menggantung kalian di tiang bendera di depan kampus kita.”
“Sorry, sorry, sorry…” Jiran pasang tampang sok imut
‘Aishhh, jangan pasang tampang seperti itu, atau kalian berdua akan kugantung benar-benar di tiang bendera kampus.”Jiran dan Zia tertawa mendengar responku. Aku yakin mereka tahu kalau aku tidak marah kepada mereka. Sejujurnya aku memang tidak marah, hanya saja aku merasa malu, karena kejadian tadi membuatku terlihat jelas sekali menyukai Jin. Padahal, baik aku ataupun dia, kami tak saling kenal, setidaknya mungkin kami hanya tahu wajah satu sama lain, atau mungkin nama, yang sudah pasti dia akan lupa namaku seiring waktu. Untuk apa mengingat orang yang tak kita kenal, betulkan?
Sejak saat itu, kami tak pernah saling beradu pandang lagi. Entahlah apa ia pernah melihatku walau seperti siloute, tapi aku masih melihatnya dengan jelas, untuk beberapa kali.
“Yuna, kamu masih sering lihat si Jin dikampus?”Tanya Jiran
Aku Cuma menggangguk.
“Kamu pernah gak sih ngomong apa gitu sama dia, atau sekedar say hi gitu?”Tanya Zia
Aku Cuma menggeleng.
“Kamu follow SNS dia gak sih?”Tanya Jiran
Aku lagi-lagi Cuma mengangguk
“Kamu sariawan ya sampe gak bisa jawab, dari tadi Cuma geleng ama ngangguk doang?”Tanya Zia
Aku lagi-lagi menggeleng.
“Tuh kan…”protes Zia
“Aku itu lagi malas ngomong, lagian cukup ngangguk atau geleng kepala udah jawab pertanyaan kalian secara jelas kan?”
“Kamu gak pengen gitu ngobrol atau berteman sama dia?”
“Kamu tahu gak info tentang dia? Atau mau kita cariin?”
“Heh, orangnya aja udah gak disini. Sekarang di ada di Prancis. Lagian kan aku Cuma suka...”kataku, namun dalam hatiku meneruskan, “banget…”
“Gak nyesel nih Cuma jadi fans?”
“Ya enggaklah. Sekarang itu kita harus focus sama kuliah, tahun depan giliran kita yang harus wisuda. Semangat menyambut skripsi.”jawabku
“Mulai mengalihkan pembicaraan deh tuh anak.”Jiran dan Zia berlari menyusulku.

Biarlah perasaan suka itu, Cuma aku yang tahu. Yang lain yang tidak berkepentingan tidak perlu tahu. Aku sendiri mulai kehilangan alasan sebenarnya tentang kenapa aku menyukainya. Apa benar karena ia tampan? Kemarin aku melihat pria yang lebih tampan, tapi menurutku biasa saja. Saat ini aku berfikir, bahwa mungkin karena dia adalah sosok yang dapat memotivasi orang lain. Kadang tanpa sadar seseorang bisa menjadi motivasi bagi orang lain, layaknya tanpa sadar kadang seseorang juga bisa melukai hati orang lain. Mungkin seperti itulah rasa sukaku padanya. Tak lebih dari itu, saat ini, dan mungkin seterusnya. Aku hanya bisa menatap langit biru dan mengucapkan nya dalam hatiku, Nice to meet you, Jin!

THE END