Konser musik. Siapapun penyanyinya,
aku tidak akan pernah suka melakukan hal ini. Lantas kenapa aku disini? Aku
mencoba menemukan kembali ingatanku yang sepertinya sangat berharga untuk
kulupakan. Ah, benar! Dua hari yang lalu, aku dipaksa oleh salah seorang temanku
untuk ikut nonton konser ini sebagai hadiah ulang tahun untuknya. Itulah
sebabnya mengapa aku sekarang berada di tengah keramaian ini. Mungkin seisi
dunia ini tahu kalau aku tidak suka keramaian.
“Yuna, gak usah pasang tampang bete
gitu dong, disini kita buat senang-senang!”
“Aishhh, dasar Jiran menyebalkan,
apa ini yang dirimu maksud dengan teman?”aku hanya dapat mengutuknya dalam
hati, dan terpaksa pura-pura tersenyum manis dan memalingkan wajahku ke arah
berlawanan.
“Kamu sekali-kali harus menikmati
konser-konser seperti ini, biasanya di dalam hal-hal yang gak kamu sukai malah
kamu akan menemukan sesuatu yang menarik.”
“Menarik? Apanya yang menarik? Aku
rasa terlalu banyak hal yang menarik bagimu, Zia.”balasku dan mereka hanya
tertawa.
Konser music malam itu dibuka
dengan penampilan band local. Dan setelah itu, seorang MC laki-laki dan MC
perempuan keluar untuk membuka acara secara resmi. Karena kami berada di
barisan paling strategis untuk melihat secara jelas para entertainer itu, maka
dari tempat kami berada aku juga bisa melihat dengan jelas wajah pembawa acara
malam itu. Dan ada yang berhasi mencuri perhatianku, siapa? Hana si MC
perempuan itu? Eyyy, gak mungkin, tentu saja bukan, tetapi yang disebelahnya
itu, seorang MC pria tampan dengan senyuman yang sangat manis.
Seketika kata-kata Zia kembali
melintas di fikiranku. Mungkin ada benarnya juga. Bagiku malam itu bukanlah
untuk menonton konser musik yang isinya music rock dan penuh dengan teriakan
tidak jelas, mungkin karena music mereka tidak sesuai dengan seleraku. Tapi malam itu, aku hanya
benar-benar focus pada MC itu yang memperkenalkan dirinya diatas panggung
dengan nama, Jin. Menurutku penampilannya adalah yang terbaik ketimbang para
personel EmBlue itu. Dan malam itu berlalu dengan cukup menyenangkan karenanya.
Namun, aku tidak akan mengatakannya kepada dua teman menyebalkan ini. This is
my secret, ssssttt!
***
Aku hendak menuju kelas kuliah
berikutnya, namun kelas yang biasa aku dan teman-temanku gunakan sepertinya
sedang digunakan para mahasiswa lain. Aku mencoba mengintip siapa yang sedang
menggunakannya. Tak ada dosen didalamnya. Apa mereka sedang bermain saja di
dalam kelas yang akan kami gunakan? Namun tiba-tiba mataku tertuju pada sosok
yang masih kuingat jelas parasnya di otakku. Jin? Sengaja atau tidak, atau
entah itu kesalahan atau kecerobohanku, tapi jelas sekali dia juga melihatku.
Apa yang harus kuharapkan? Dia tidak kenal padaku, jelas dia tak akan
menegurku. Aku sangat mengerti begitu banyak orang yang memiliki kepribadian
yang mirip denganku yang tak mudah dekat dengan orang lain, malah cenderung di
nilai sombong oleh sebagian orang yang tak mengenalku dengan baik.
“Yuna, ayo masuk.”kata Noel.
“Tapi, ada orang di dalam, kamu
yakin kita selanjutnya dikelas ini?”tanyaku dengan perasaan yang tidak karuan.
Malu. Takut. Ragu. Aku benar-benar tidak bisa mengontrol perasaan, fikiran, dan
ekspresiku secara bersamaan. Dan akhirnya aku masuk dengan kepala tegak
pandangan lurus kedepan tanpa senyum seperti aku yang biasanya, tampil cuek dan
terkesan dingin pada orang-orang. Aku hanya bisa memarahi diriku sendiri
didalam hati. Kenapa aku harus bergitu? Tidak bisakah sedikit lebih ramah?
Terlalu mahal kah suaramu untuk menyapa orang lain terlebih dahulu? Akh, aku
benar-benar kesal pada diriku sendiri.
Aku duduk ditempat yang biasa aku
tempati. Paling depan. Lagi-lagi kebiasaanku ini membuatku tak bisa melirik ke
arah Jin sedikitpun. Aku betanya pada Noel tentang kenapa Jin dan
teman-temannya berada di kelas kami.
“Mereka itu mahasiswa bimbingan
Mr.Anthony, dan mereka sedang melakukan penelitian, dan mereka akan melakukan
penelitiannya di kelas kita.”jawab Noel
“Kenapa harus kita? Memangnya
Mr.Anthony gak punya mahasiswa lain?”
“Mungkin kelas kita menyenangkan
manurut Mr.Anthony?”kata Noel membuat perasaanku semakin tak karuan antara
frustasi dan terlalu senang. Tak lama kemudian Jiran dan Zia juga datang. Jiran
duduk disampingku. “What’s wrong with your face?”Tanya Jiran.
“Coba liat di pojok belakang
sebelah kiri? Kenal gak?”
“Oh, dia MC yang waktu di konser
itu kan? Kenapa? Suka ya?”ledek Jiran
Hampir saja aku ingin berteriak
pada anak menyebalkan ini. Tapi aku menahannya dengan baik. Kali ini aku
berhasil mengontrol hati, fikiran dan ekspresi mukaku.
“Kalau gak, terus kenapa emangnya
kalau dia dikelas kita? Biarin aja kali.”kata Jiran.
Aku hanya bisa terdiam. Apa yang
dikatakan Jiran memang benar. Akh, ternyata aku benar-benar sulit mengendalikan
perasaanku.
“Yuna, mereka yang disana itu, Noel
bilang mereka itu mahasiswa-mahasiswa nya Mr.Anthony.”kata Zia yang tiba-tiba
nyeletuk dari belakang.
“Udah tahu.”jawabku singkat
“Ada si MC itu.”kata Zia
“Udah liat.”
“Yang aku dengar mereka sedang
penelitian di kelas kita.”lanjut Zia
“Udah dengar.”jawabku lagi
“Wah, great!!! She knew everthing!”Zia
mulai lebay
“Noel udah kasi tahu tadi.”jawabku
berusaha untuk tak membuat Zia lebay lebih jauh lagi dengan kecurigaannya.
“Are you happy?”selidik Zia
“Happy?”tanyaku balik dengan muka
sok bingung
“You like him, huh?”Zia semakin
bertingkah lebay ala detektif
“What???”Jiran malah terkejut dan
hampir saja tertawa dan menggemparkan seisi kampus.
“I don’t”sangkalku
“Aihhhh, really?”Jiran dan Zia
semakin aneh dengan memasang wajah serius
“Ah, bodo ah….”aku makin tak
sanggup meladeni Zia dan Jiran. Aku berusaha mengendalikan perasaanku, tapi dua
anak ini benar-benar berbahaya karena mereka bisa membuatku kehilangan control
atas diriku sendiri.
“Tapi, malam itu aku perhatikan,
kalau setiap MC nya keluar, dia pasti senyum-senyum sendiri, dan pasang muka
kesal tiap kali band favorit kita yang tampil.”cerita Zia pada Jiran. Aku hanya
mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Dalam hatiku benar-benar kesal
pada dua anak ini, jadi sebenarnya mereka ingin menonton konser music atau
memperhatikan aku?
Tak lama kemudian, Mr.Anthony
datang.
“Okay, hari ini saya mau kita dapat
bekerja sama. Mereka yang duduk di pojok sana adalah mahasiswa saya dari
jurusan bahasa prancis, dan mereka sedang melakukan penelitian. Saya akan
memberikan mereka beberapa pertemuan kita untuk mengajarkan kalian tentang
bahasa prancis. Kalian tidak perlu takut, para mahasiswa saya ini adalah yang
terbaik. Okay, sekarang bisa kita lanjutkan kuliahnya? Pada sesi terakhir
kalian bisa memilih siapa yang terbaik menurut kalian.”
Kuliah berlangsung cukup
menyenangkan. Bahkan ketika si tampan Jin itu mendapatkan gilirannya mengajar.
Aku suka caranya mengajar. Beberapa pertanyaan yang dia berikan bisa ku jawab
dengan baik membuatku seperti terbang di atas awan, berenang di anatara
bunga-bunga yang indah, namun ketika ada pertanyaan yang aku membuat kesalahan
dalam menjawabnya, membuatku ingin lari ke kutub utara menyembunyikan wajahku
di bawah gunung es. Satu hal yang membuatku benar-benar senang adalah aku bisa
melihat senyumnya yang manis dengan sangat jelas.
“Yuna, be careful atau kamu akan
ketahuan menjadi fansnya.”
Perkataan Jiran yang
mengingatkanku, membuatku kembali berfikir lurus dan mengendalikan ekspresi
wajahku.
“Jangan terus memandang wajahnya,
tapi lihatlah kea rah papan tulis, perhatikan apa yang dijelaskannya bukan
wajah orang menjelaskan” bisik Jiran
“Aku memperhatikan apa yanh
dijelaskan kok”
“Hoh, are you sure? Mana ada orang
mendengarkan penjelasan sambil senyum senyum gak jelas gitu.”
“Okay. Okay. Kamu juga jangan terus
memperhatikan aku sebaiknya perhatikan papan tulisnya. Jangan perhatikan aku
ataupun yang menjelaskan di depan itu.”kataku
“Woaaaaa, you really liked him.”kata
Jiran
***
“Yuna,
kamu serius suka sama mahasiswa Mr.Anthony, Jin si Mc itu?”Tanya Zia
“Kenapa
emangnya?”
“Gak
kenapa-kenapa sih…turut berbahagia aja”kata Zia
“Yuna,
pas waktu dia menjelaskan kemarin, kamu perhatikan atau gak gayanya itu loh….?”Jiran
tampak ragu meneruskan kata-katanya
“Gayanya
kenapa? Girlish gitu?”
“Tuh
dia tahu”kata Zia pada Jiran
“Hey,
kalian suka sama siapa tuh Band EmBlue atau apalah gitu kan? Kalau liat
personilya pada berbunga-bunga kan?”
Jiran
dan Zia mengangguk.
“Nah,
anggap saja aku itu kalian, dan Jin itu sebagai si EmBlue itu. Done! No more
questions, okay!” aku mempercepat langkahku menuju kelas Mr.Anthony. Tapi kedua
temanku yang baikku yang menyebalkan ini juga dengan cepat menyusulku.
“Hari
ini katanya hari terakhir mereka ikut dikelas kita, dan seperti yang Mr.Anthony
bilang, kita harus memilih satu yang terbaik menurut kita. Siapa yang akan kamu
pilih?”Tanya Jiran.
“Please,
kasi tahu kita dong, aku dan Jiran benar-benar bingung, jadi kami putuskan
untuk mengikuti pilihan kamu.”kata Zia
“Promise
me you’ll choose the same.”
“Okay.”jawab
Jiran dan Zia kompak.
“Of
course, I’ll choose him.”jawabku
“Who?
Jin?”Tanya Jiran
“Eitsss…
you promised me guys, don’t forget, okay.”
“Okay.”jawab
Zia
Sesampainya
dikelas dua mahasiswa yang mendapat giliran terakhir mengajarkan kai tentang
beberapa kosakata tentang bahasa prancis. Sebenarnya mereka semua tidak buruk
mungkin mereka hanya sedikit nervous.
“Okay,
kalian sudah melihat kemampuan mereka dan mereka juga tahu kemampuan kalian dan
minat kalian dalam belajar bahasa prancis, walaupun kalian bukan mahasiswa
bahasa prancis, tapi menurut mereka kalian tidak buruk sebagai pemula. Mereka
juga senang bisa berbagi pengetahuan dengan kalian yang sesungguhnya berstatus
mahasiswa bahasa Inggris. Baiklah, kalau begitu seperti yang sudah pernah kita
sepakati, bahwa kalian harus memilih yang terbaik menurut kalian. Apa kita
perlu voting?”Tanya Mr. Anthony
“Daripada
kita voting menggunakan kertas, lebih langsung saja tunjuk tangan. Lebih
terbuka dan lebih cepat selesai.”kata Raga salah satu teman sekelasku yang
memang hobi nyeletuk dan membuat seisi kelas tertawa.
“Kamu
benar Raga. Baiklah kita langsung saja. Ketika saya sebutkan namanya, kalian
bisa langsung tunjuk tangan.”
“Jin?”
Aku
tanpa ragu langsung menunjuk tangan. Dan teman-teman ku langsung tertawa. Aku
merasa dikhianati. Tentu, oleh kedua teman baikku yang menjadi benar-benar
menyebalkan.
“Gwen?”
ketika Mr.Anthony menyebutkan nama seorang mahasiswi nya, seluruh temanku
menaikkan tangannya tanda memilih Gwen sebagai yang terbaik. Aku hanya bisa
tertawa kecil dan tersenyum dengan tatapan yang sangat tajam pada
teman-temanku. Mereka merasa seperti menang sebuah permainan. Mengerjaiku?
Hahaha, berani-beraninya mereka membangunkan macan yang sedang tertidur, fikirku.
Setelah
itu, untuk terakhir kalinya aku melihat ke arah Jin dan dia jelas sekali
melihat ke arahku juga. Dia tidak tersenyum. Wajahnya biasa saja tanpa ekspresi
apapun. Sekedar melihat. Itu sudah cukup bagiku sebagai hadiah untuk mengampuni
teman-temanku yang berani mempermainkanku.
“Yuna,
sorry. Sebenarnya tadi kita berdua emang maunya pilih Jin, tapi kami dengar
teman-teman lain banyak yang meilih Gwen dengan berbagai macam pertimbangan.
Akhirnya kami pilih Gwen.”kata Zia
“It’s
okay.”
“Kamu
marah?”
“Marah?
Menurut kalian, apa orang yang dikhianati bisa marah? Gak Cuma marah, bahkan
aku rasanya ingin menggantung kalian di tiang bendera di depan kampus kita.”
“Sorry,
sorry, sorry…” Jiran pasang tampang sok imut
‘Aishhh,
jangan pasang tampang seperti itu, atau kalian berdua akan kugantung
benar-benar di tiang bendera kampus.”Jiran dan Zia tertawa mendengar responku.
Aku yakin mereka tahu kalau aku tidak marah kepada mereka. Sejujurnya aku
memang tidak marah, hanya saja aku merasa malu, karena kejadian tadi membuatku
terlihat jelas sekali menyukai Jin. Padahal, baik aku ataupun dia, kami tak
saling kenal, setidaknya mungkin kami hanya tahu wajah satu sama lain, atau
mungkin nama, yang sudah pasti dia akan lupa namaku seiring waktu. Untuk apa
mengingat orang yang tak kita kenal, betulkan?
Sejak
saat itu, kami tak pernah saling beradu pandang lagi. Entahlah apa ia pernah
melihatku walau seperti siloute, tapi aku masih melihatnya dengan jelas, untuk
beberapa kali.
“Yuna,
kamu masih sering lihat si Jin dikampus?”Tanya Jiran
Aku
Cuma menggangguk.
“Kamu
pernah gak sih ngomong apa gitu sama dia, atau sekedar say hi gitu?”Tanya Zia
Aku
Cuma menggeleng.
“Kamu
follow SNS dia gak sih?”Tanya Jiran
Aku
lagi-lagi Cuma mengangguk
“Kamu
sariawan ya sampe gak bisa jawab, dari tadi Cuma geleng ama ngangguk doang?”Tanya
Zia
Aku
lagi-lagi menggeleng.
“Tuh
kan…”protes Zia
“Aku
itu lagi malas ngomong, lagian cukup ngangguk atau geleng kepala udah jawab
pertanyaan kalian secara jelas kan?”
“Kamu
gak pengen gitu ngobrol atau berteman sama dia?”
“Kamu
tahu gak info tentang dia? Atau mau kita cariin?”
“Heh,
orangnya aja udah gak disini. Sekarang di ada di Prancis. Lagian kan aku Cuma
suka...”kataku, namun dalam hatiku meneruskan, “banget…”
“Gak
nyesel nih Cuma jadi fans?”
“Ya
enggaklah. Sekarang itu kita harus focus sama kuliah, tahun depan giliran kita
yang harus wisuda. Semangat menyambut skripsi.”jawabku
“Mulai
mengalihkan pembicaraan deh tuh anak.”Jiran dan Zia berlari menyusulku.
Biarlah
perasaan suka itu, Cuma aku yang tahu. Yang lain yang tidak berkepentingan
tidak perlu tahu. Aku sendiri mulai kehilangan alasan sebenarnya tentang kenapa
aku menyukainya. Apa benar karena ia tampan? Kemarin aku melihat pria yang
lebih tampan, tapi menurutku biasa saja. Saat ini aku berfikir, bahwa mungkin
karena dia adalah sosok yang dapat memotivasi orang lain. Kadang tanpa sadar
seseorang bisa menjadi motivasi bagi orang lain, layaknya tanpa sadar kadang
seseorang juga bisa melukai hati orang lain. Mungkin seperti itulah rasa sukaku
padanya. Tak lebih dari itu, saat ini, dan mungkin seterusnya. Aku hanya bisa
menatap langit biru dan mengucapkan nya dalam hatiku, Nice to meet you, Jin!
THE END